spencer lee
Main cast :
Kwon Jiyong
Kim Taeyeon
Kwon Taeyeon
Genre :
angst, sad, family, drama
Rate :
16+
Warning : Typo bertebaran. Alur yang digunakan adalah
campuran (alur maju- alur mundur) membutuhkan konsentrasi tinggi saat membaca
cerita ini.
Disclaimer
:
This is a work of fiction. This is a fictional story about
fictional representations of real people. None of the events are true. No
profit was made from this work. Seperti drama-drama di korea yang sudah
menginspirasi drama-drama di negara lain, contohnya Full House yang ceritanya
banyak diadopsi negara lain. Dan juga BBF yang terinspirasi drama taiwan meteor
gareden. Fanfic ini juga terinspirasi dari film bollywood yang dibintangi
Sahrukhan, Kajol dan Rani Mukreji. FF Ini juga pernah saya post di asianfanfic
namun saya sudah hapus J. Jadi ini asli tulisan saya
bukan plagiat loh ya.
-Author Pov-
Terilahat
seorang gadis kecil duduk di bangku taman sedang berbincang serius dengan
sesorang ditelfon. Tangan kirinya memegang sebuah buku bersampul coklat. Nampak
raut kecewa tergambar jelas dimukanya.
“appa!!”
panggil gadis kecil itu pada lawan bicaranya ditelfon.
...
“pokoknya
appa harus kesini sekarang juga” rengek gadis kecil itu
...
“baiklah”
kata gadis kecil itu pasrah. Sepertinya gadis kecil itu sedang meminta sesuatu
pada ayahnya.
Tanpa
disadari olehnya, seorang wanita cantik sedang sibuk mengamatinya dari
belakang. Terukir senyum manis dari wanita itu melihat tingkah yang dibuat
gadis kecil itu. Dengan langkah berani wanita itu mendekati gadis kecil yang
nampaknya sudah selesai berbicara ditelfon.
“bolehkah
aku duduk disini?” tanya wanita itu yang kini sudah ada disamping gadis kecil
tadi.
“ouh..
seonsangnim” jawab gadis kecil itu kaget “silahkan” lanjutnya. Senyum manis
terukir dibibir keduanya ketika saling bertatapan
“apa
tadi itu ayahmu?” tanya wanita itu yang tak lain adalah Kim Taeyeon.
“eung”
jawab gadis kecil itu sambil mengangguk
“tapi
sepertinya kau sedang marah dengannya?” tanya Kim Taeyeon
Gadis
kecil yang tak lain adalah Kwon Taeyeon hanya menghela nafas panjang.
“appa
selalu sibuk” jawab Kwon Taeyeon “aku ingin appa kesini sekarang, tapi katanya
dia ada rapat” lanjutnya
“oh
begitu” kata Kim Taeyeon “kenapa kau tidak minta eomma mu saja yang datang?”
tanya Kim Taeyeon sambil menatap lekat mata gadis kecil didepannya.
“eomma?”
tanya Kwon Taeyeon balik.
“iya
eomma. Apa dia juga sibuk?” tanya Kim Taeyeon tanpa tahu apa yang sebenarnya
terjadi.
“ia....
sudah tiada” jawab Kwon Taeyeon sedih
“oh..
Mianhae taeyeon-ah, seonsangnim sungguh tidak tahu” kata Kim taeyeon penuh
penyesalan.
Kwon
Taeyeon hanya menunduk dan meliat buku yang ia bawa. Karena merasa bersalah,
Kim Taeyeon memeluknya.
“maafkan
seonsangnim membuatmu sedih” sesal Kwon Taeyeon sekali lagi. Sungguh ada
perasaan bersalah yang amat mendalam dihatinya. Ia benar-benar tidak tahu, kalu
ibu Kwon Taeyeon telah tiada.
“gwancanyo
seonsangnim, lagi pula kan seonsangnim tidak tahu sebelumnya” jawab Taeyeon
kecil sambil melepas pelukan Kim Taeyeon dan tersenyum manis padanya.
-author
pov end-
-KIM
TAEYEON POV-
Ya
tuhan apa gadis kecil ini benar-benar anak
Kwon Jiyong dan Yoona? Jika benar, berarti Yoona benar telah tiada? Aku
benar-benar menyesal baru tahu sekarang, sahabat macam apa aku ini. Jika semuanya
benar kenapa kau kirimkan dia padaku? apa ini kebetulan atau rencanaMu?
Flashback
Kwon
Taeyeon adalah nama salah satu peserta yang menarik perhatianku sejak awal,
karena namanya sama sepeti ku dan juga ia memiliki nama keluarga Kwon nama yang
sama dengan nama sahabatku Kwon Jiyong.
Awalnya aku hanya menduga bahwa ini hanya kebetulan saja karena di Korea ini
pasti banyak yang memiliki nama Taeyeon begitu juga dengan nama keluarga Kwon.
Namun setelah aku membaca biodata yang ia tulis, sungguh tak kuduga bahwa nama
orangtua wali adalah Kwon Jiyong. Bagai tersambar petir di siang hari, hal ini
sungguh diluar dugaanku. Bertemu dengan anak yang tak lain adalah anak
sahabatku yang sudah lebih dari 10 tahun tak pernah bertemu. Sebenarnya bukan
tak pernah bertemu, kesempatan itu selalu ada namu aku sendiri yang memutuskan
untuk menghilang di kehidupan mereka. Aku memang pengecut, aku mencintainya
sangat mecintainya namun aku tak pernah mampu bahkan aku tak berani untuk
mengatakannya. Mengatakan cinta pada sahabat terbaik yang kumiliki Kwon Jiyong.
Dan pada akhirnya cinta itu harus aku kubur dalam-dalam setelah mengetahui
bahwa Jiyong mencintai seseorang yang bernama Im Yoona yang baru ia kenal satu
tahun dan yang lebih menyakitkan adalah aku yang mengenalkan Yoona pada Jiyong.
“seonsangnim?
Apa seonsangnim baik-baik saja?” tanyanya membuyarkan lamunanku
“ah
ne.. seonsangnim baik-baik saja” dustaku.
Aku
tatap mata gadis kecil di depan ku ini. Mata, hidung, dan bibirnya sungguh
benar-benar milik ayahnya. Seakan Jiyong sedang di hadapanku saat ini. Ku elus
rambut panjang miliknya.
“kau
cantik sekali mirip ibumu tapi mata, hidung, dan bibir mu mirip ayahmu” kataku
lirih
“eoh?”
tanya Kwon Taeyeon kaget. Begitu juga dengan aku sendiri, aku tanpa sadar
mengatakan ini semua.
“aku
bilang kau sangat cantik, pasti ibumu sangat cantik” jawabku bohong
“aniyo,
banyak orang bilang aku mirip appa. Mata, hidung dan bibirku semua mirip appa”
jawabnya sambil menunjuk bagian mata, hidung dan bibirnya.
Benar jawabku
dalam hati.Dia
sungguh lucu dan menggemaskan sekali.
“ah
benarkah?” tanyaku penasaran
“ne..”
jawabnya semangat “coba seonsangmin lihat foto ini. Ini eomma, bukankah aku
mirip dengannya?” tanyanya padaku sambil menyodorkan selembar kertas foto.
Saatku
lihat wajah yang tertera di lembar foto itu, aku benar-benar kaget dan bingung
apa yang harus aku jawab, ia benar-benar Yoona. Ada perasaan bersalah memandang
wajahnya, tanpa ku sadari ada cairan bening yang keluar dari mataku namun
segera aku hapus. Aku tak ingin ia tahu kalau aku menangis.
“seonsangnim?”
panggilnya membuyarkan lamunanku
“emm..
ibumu benar-benar cantik dia mirip dengan mu” kataku mencoba menahan air mata
yang akan keluar.
“Kwon
Taeyeon bolehkah aku memelukmu lagi?” pintaku padanya
“em..boleh”
jawabnya bingung
Tanpa
ragu ku peluk gadis kecil ini dengan kuat, ku elus rambut dan punggungnya.
Rasanya tak ingin melepas pelukan ini.
Oh
Yoona-ya maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu kalau dia anakmu. Dia cantik
sekali sangat mirip denganmu namun mata, hidung dan bibirnya sama persis dengan
Jiyong oppa. Yoona-ya pasti kau sangat bangga memiliki anak secantik dan sekuat
ini. Maafkan aku, sungguh aku bukanlah teman yang baik untuk kalian berdua.
Maafkan aku.
“seonsangnim,
apa seonsangnim menangis?” tanya Kwon Taeyeon ragu.
Segera
ku hapus air mata ini dan melepas pelukanku.
“anio..”
jawabku bohong. Aku mencoba tersenyum padanya.
“Taeyeon-a
bolehkan aku bertanya?” tanyaku
“apapun
itu, akan ku jawab” jawabnya sambil tersenyum
“apa
ayahmu..... yang menamaimu Taeyeon?” tanyaku ragu
“anio,
kata helmoni eomma yang memberi nama ini. Katanya, agar aku menjadi seperti orang
yang memiliki nama ini.. baik hati, cantik dan sangat pintar” jawabnya. Aku
sedikit kaget dengan jawabanya. “emm..
aku tak tahu apa maksudnya” lanjutnya
“oh
begitu. Tapi sepertinya kau lebih cantik dari orang yang eomma maksud” responku
mendengar jawabanya.
“eung??
Apa seonsangnim tahu, siapa orangnya?” tanya Kwon Taeyeon
“ha..?
tentu saja seonsangnim tidak tahu sayang” aku sangat kaget mendengar jawabannya.
“besok..
jika pentas hari terakhir, aku akan kenalkan seonsangnim pada appa” katanya
penuh keyakinan
“IYEEE???”
kataku sangat kaget.
“kenapa?
Apa seonsangnim tidak mau bertemu dengan appaku? Tanyanya polos
“aniyo,
bukan begitu maksudku” jawabku sedikit gugup
“tenang
saja appa tidak akan galak. Apalagi seonsangnim sangat cantik” katanya mencoba
menenangkanku.
“aigo..
selain kau cantik kau juga pandai berguray ternyata” kataku sambil mencubit
pipinya
“appo”
katanya sambil tersenyum
“oh
mianhae Taeyeon-a” kataku menyesal
“TAEYEON-A”
suara keras seoarang laki-laki mengalihkan perhatian kami berdua, aku dan Kwon
Taeyeon menengok ke sumber suara. Tampak seorang lelaki berpawakan besar berjalan
ke arah bangku yang sedang kami duduki.
“oppa”
jawabku
“aigo
ternyata kau disini” katanya sambil mengatur nafasnya. Kemudian lelaki itu
melirik kearah Kwon Taeyeon sepertinya ia meminta penjelasan siapa gadis kecil
yang sedang bersamaku
“oh..
kenalkan dia Kwon Taeyeon dia salah satu muridku disini” kataku memperkenalkan
Kwon Taeyeon pada lelaki yang tak lain adalah Kangin.
“ohh..”
jawabnya “Kwon Taeyeon?” katanya lagi
Kwon
Taeyeon hanya diam, ia bingung sambil memandangi kami berdua.
“cantik
sekali, berapa umurmu sayang?” tanya Kangin padanya
“10
tahun” jawab Kwon Taeyeon manis
“emm
... paman ini siapanya seonsangnim?” tanya Kwon Taeyeon ragu
“aku
ini...” jawab Kangin namun segera aku potong “dia temanku sayang” .
Aku
bingung dengan diriku sendiri, kenapa tiba-tiba aku mengatakan kalau kangin
adalah temanku. Kenapa tiba-tiba aku berbohong dan menutupi kebenaran.
Sebenarnya apa yang aku lakukan.
“chagiya..
kenapa kau bilang aku ini teman mu?” tanya Kangin kaget. Aku tidak menjawab
pertanyaannya, aku sibuk memandangi ekspresi wajah Kwon Taeyeon
“aku
ini tunangan dari seonsangnim.. namaku Kangin. Kau boleh panggil aku kangin
samchun jika kau mau” katanya sekali
lagi memperkenalkan dirinya pada anak Jiyong
“oh”
jawab Kwon Taeyeon datar “maaf aku harus pergi sekarang seonsangnim” pamit Kwon
Taeyeon tiba-tiba padaku. Ia berlari menuju ke kamarnya, aku tidak bisa
menjawab apa-apa dan aku hanya memandangi kepergiannya.
“chagiya”
panggil Kangin “apa aku mengatakan sesuatu yang melukai hatinya, sehingga ia
lari saat aku mengenalkan diriku?” tanya Kangin yang tahu apa-apa.
Jujur
aku sangat jengkel dengan ulahnya, seharusnya ia tidak mengatakan bahwa ia
adalah tunanganku. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu pada Kwon Taeyeon,
eits... tapi mengapa tiba-tiba Kwon Taeyeon bertingkah seperti itu. Apa dia
tahu yang sebenarnya kalau aku ini adalah sahabat ayahnya. Ommo kenapa aku
bisa sebodoh ini, Kim Taeyeon kau tak pantas jadi seonsangnim jika berfikir hal
seperti ini saja kau tidak bisa.
“chagiya..
apa kau baik-baik saja?” tanya kangin membuyarkan lamunanku
“iya
aku baik-biak saja” jawabku bohong.
“eoh..
apa ini bukumu?” tanya kangin
“buku?”
jawabku
“iya
buku coklat ini” jawabnya sambil menunjukan buku berwarna coklat.
“oh..
sepertinya punyanya tertinggal” jawabku sambil merebut buku tersebut
“aku akan
mengembalikannya sekarang” lanjutku
“Kim
Taeyeon” panggilnya sambil mencegahku tidak pergi
“eoh”
jawabku bingung dan menatap kosong ke arah Kangin
“kau
ini kenapa? Sepertinya kau tidak baik-baik saja” kata Kangin yang sepertinya
mengintrogasiku
Aku
hanya menggelengkan kepalaku. Aku tak tahu bagaimana harus memulai
menceritakan pada Kangin tentang semua ini.
“aku
lelah, aku mau istriahat oppa” kataku akhirnya
“Taeyeon-a
tolong tatap aku sebentar” pintanya padaku, sambil memegang kedua bahuku.
Aku
menatap matanya takut. Sungguh aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang.
Aku mencoba membalas tatapannya tapi aku tak bisa. Maafkan aku, hanya itu yang
bisa aku katakan sekarang.
“aku
tahu, sampai sekarang kau belum bisa mencintaiku. Aku tahu itu. Tapi tolong
cobalah terbuka denganku. Aku selalu mencoba berbagi masalah denganmu dan aku
ingin kau juga terbuka dan membagi masalahmu denganku. Ayolah.. pernikahan kita
tinggal beberapa bulan kagi. Apa kau tak percaya denganku heoh?” tanyanya.
“mianhae
oppa” jawaban yang hanya bisa ku katakan “mianhae” kataku sekali lagi dan kini
aku hanya bisa menunduk tak berani menatap wajahnya.
“Taeyeon”
panggilnya sambil meraih daguku. Matanya kini menatapku, namun kini lebih pada
tatapan memohon.
“aku
akan selalu menunggu sampai kapanpun itu kau mau membuka hati untukku, namun
jika memang kau tidak bisa aku tidak akan memaksa. Turutilah kata hatimu Kim
Taeyeon” katanya penuh kelembutan.
Aku
merasakan betapa dia mencintaiku dengan tulus, namun apa daya sampai saat ini
aku belum bisa menerima 100% kehadirannya di hatiku. Aku tak ingin berpura-pura
mencintainya, karena aku tak sampai hati menyakiti orang yang begitu
mencintaiku. Aku tak mau membalas cintanya hanya karena rasa kasian, ini
sungguh tak adil baginya jika benar aku melakukannya. Namun bukan berarti aku
tak mencoba untuk mencintainya, sampai saat ini aku selalu mencoba menerima
kehadirannya di hatiku.
“oppaa..”
paggilku padanya dan kini berani menatap matanya.
“iya”
jawabnya
“aku
ingin.. jujur katakan ini .. padamu” kataku gugup
“apapun
itu aku akan mendengarkan mu” jawabnya penuh dengan kelembutan
“dia..
anak tadi..” kataku
“emm?”
responnya
“dia
anak dari sahabatku, yang sudah 10 tahun lebih aku tak berjumpa dengannya”
ceritaku
“oh
begitu” jawabnya “lalu?” tanyanya lagi
“dia..
e.. dia temanku saat masa sekolah” jawabku ragu
“namja?”
tanyanya lagi
“emm..
Kwon Jiyong” jawabku sambil menatap wajahnya
Kangin
hanya memandangku dan tersenyum.
“oppa
ingatkan aku pernah cerita, kalo aku dulu tinggal di Seoul bersama bibi Gong
dan sekolah disana?” tanyaku. Dia hanya mengangguk dan mendengarkan ceritaku
“dia
temanku di Seoul yang pertama, rumahnya bersebelahan dengan rumah bibiku.
Awalnya aku ragu untuk berteman dengannya, alasan pertama karena dia pria,
kedua dia lebih tua dariku satu tahun, ketiga dia cukup aneh dan yang keempat
aku bukan tipe anak yang mudah berteman dengan orang yang baru ku kenal. Namun karena
keadaan yang memaksa akhirnya aku berteman dan sangat dekat dengannya. Kami
selalu berangkat ke sekolah bersama meski di sekolah kita pura-pura tak saling
mengenal. Kalau sudah pulang sekolah ia selalu ke rumah bibiku hanya untuk ikut
makan siang, ibunya sibuk bekerja sehingga ia jarang makan siang di rumah. Kami
berdua dibesarkan di keluarga yang sederhana. Ayah Jiyong oppa adalah pekerja
pabrik elektonik sama dengan pamanku dan ibunya berjualan ikan di pasar”
ceritaku.
Kangin
oppa serius mendengarkan ceritaku “lanjutkan” katanya
“saat
aku kelas 2 SMA dan Jiyong oppa kelas 3 ayahnya meninggal karena kecelakaan,
kejadian ini membuat Jiyong oppa dan ibunya sangat terpukul dan sedih. Dan pada
akhirnya ia memutuskan tidak melanjutkan ke bangku kuliah, karena ia harus
bekerja menggantikan paman Kwon. Namun pada tahun aku masuk kuliah ia
memutuskan untuk kuliah dan pada akhirnya ia satu angkatan denganku. Sejak saat
itu, kami berdua menjadi sangat dekat, aku sudah mengganggap dia sebagai
pengganti oppa di Seoul. Dia selalu berkeluh kesah denganku aku sampai bosan
mendengarnya” lanjut ceritaku sambil menitikan air mata mengenang masa itu “tak
ada yang pernah ia sembunyikan dariku begitu juga dengaku, bisa dikatakan kita
tak bisa terpisahkan. Hingga pada akhirnya datang seorang wanita yang sangat
cantik bernama Im Yoona”
Aku
mencoba tersenyum saat bercerita namun air mata ini benar-benar tak bisa ku
bendung. Kangin memberikanku sapu tangannya dan aku mengambilnya
“maaf”
kataku
“tak
apa, lanjutkan saja” katanya lembut
“Im
Yoona, wanita cantik yang Tuhan kirimkan untuk kami berdua. Lebih tepatnya
untuk Jiyong oppa. Yoona adalah wanita cantik asli korea namun ia lahir dan di
besarkan di Prancis, ia benar-benar memiliki wajah sempurna. Selain ia cantik,
ia sangat pintar dan pandai mengambil hati kami berdua. Kami sangat nyaman
berteman dengannya. Dan akhirnya pada suatu waktu aku mendengar kabar dari
Jiyong oppa kalau dia mencintai dan ingin melamar Yoona” kataku mencoba
mengambil nafas dalam untuk melanjutkan cerita selanjutnya “awalnya aku kaget,
karena menurutku waktu satu tahun untuk melamar itu terlalu cepat. Ya kan?
Hahaha” tanyaku pada Kangin
“eh..
iya terlalu cepat” jawab kangin ragu
“singkat
cerita, satu hari sebelum Jiyong oppa mengatakan akan melamar Yoona. Ibuku
mengirimku surat, kalau ayah sakit parah dan aku harus pulang ke Jeonju. Dan
akhirnya aku pulang ke Jeonju dan tak kembali lagi ke Seoul. Dan setelah lebih
dari sepuluh tahun akhirnya aku bertemu dengan anak mereka Kwon Taeyeon. Dan
yang membuat aku sangat sedih adalah Yoona kini.... sudah tiada. Aku
benar-benar merasa sedih dan bersalah.” aku mengahiri ceritaku sambil menangis
kemudian kangin memelukku erat.
“sudah
jangan bersedih. Semua bukan salahmu. Semuanya sudah Tuhan atur Taeyeon-a” kata
kangin oppa mencoba menenangkanku. Kemudian ia melepaskan pelukanya dan membenarkan
posisi duduknya. Ia memandang jauh dan tak merespon ceritaku.
“oppa?
apa kau baik-baik saja?” kini giliranku yang bertanya dan memergokinya sedang
mengusap matanya.
“oppaaa”
panggilku sambil menggunjangkan bahunya
“aku
baik-baik saja, aih.. kau ini aneh sekali Kim Taeyeon begitu saja kau tak mau
cerita denganku” katanya sambil mengacak rambutku namun Ia terlihat menahan
senyumnya, Aku dibuat bingung oleh tingkahnya.
“Kim
Taeyeon dengarkan aku” katanya lagi dan menatap mataku kini lenih serius. “Kau
benar-benar sulit dipahami” lanjutnya dan ia pergi meninggalkan ku.
“OPPPA”
panggilku keras padanya
-Taeyeon
pov end-
-Kangin
pov-
Kau
sangat naif Taeyeon kenapa kau terus berusaha mencintaiku sedangkan di hatimu
masih ada orang lain. Sejauh aku mengenal mu aku belum pernah melihat pancaran
cinta di matanya, namun hari ini aku melihat betapa kau mengekspresikan rasa
cintamu padanya, bahkan pada anak lelaki itu. Hari ini aku sengaja sepulang
dari kantor, meluangkan waktuku untuk mengunjungi dan mengobrol dengannya
disela-sela kesibukannya bekerja sebagai guru di festival budaya korea tahun
ini. Namun saat aku akan menemuinya kulihat ia sedang duduk bersama seorang
anak perempuan yang sepertinya aku tidak mengenalnya. Tanpa diketahui Taeyeon
dan anak itu aku mendengarkan semua yang dia bicarakan. Ternyata benar dugaanku
selama ini hatinya sudah terisi dengan orang lain dan enggan memberikan aku
tempat di hatinya.
Saat
ini aku bagai menabur garam di lautan. Sekuat apapun aku mencoba membuatnya
jatuh cinta padaku akhirnya aku akan tahu jawabannya, Taeyeon tak akan memberikan
hatinya untukku sampai kapanpun. Jika memang benar iya, aku akan melepaskannya
dan berharap ia bahagia dengan keputusannya.
-kangin pov end-
-author
pov-
Hujan
lebat mengguyur Jeonju malam ini, membuat semua orang membatalkan aktifitasnya
di luar ruangan. Termasuk Kim Taeyeon dan semua peserta festival yang
seharusnya malam ini akan mengadakan pesta api unggun, namun batal karena hujan
lebat. Tak ada yang bisa dilakukan selain istirahat di kamar masing-masing.
Tok..tokk..tok.
“Seonsangnim..
seonsangnim..” teriak seorang anak di depan kamar Kim Taeyeon
Sang
empunya kamar membuka pintu dan melihat dua anak perempuan berdiri di depan
kamarnya dengan keadaan basah kuyup.
“ommo..
apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian hujan-hujanan?” tanya Taeyeon khawatir
“seonsangnim..
Kwon Taeyeon sakit, badannya panas” kata salah seorang anak
“MWO?KWON
TAEYEON?” tanyaku kaget
“iya..
mungkin dia demam. sedari tadi ia mengigau memanggil ayahnya” jawab anak yang
lainnya.
Mendengar
hal itu, tanpa membawa payung ataupun mantel Kim Taeyeon langsung bergegas lari
menuju kamar Kwon Taeyeon.
“ommo.
Taeyeon-a” panggil Kim Taeyeon saat melihat keadaan Kwon Taeyeon. Kim Taeyeon menyentuh
dahi anak itu ia sangat kaget karena tubuhnya Kwon Taeyeon sangat panas.
Akhirnya
Kim Taeyeon membawa Kwon Taeyeon ke rumah sakit terdekat. Kim Taeyeon mencoba
menghubungi Jiyong dengan ponsel Kwon Taeyeon namun tak ada jawaban darinya,
akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi ibu Jiyong.
“yeoboseo..
wae taeyeon-a? Ini sudah malam” jawab ibu Jiyong
“ahh..
maaf ini bukan Kwon Taeyeon, aku Kim Taeyeon seonsangnim di festival ini” jawab
Kim Taeyeon
“memang...
di..mana Kwon Taeyeon?” tanya ibu Jiyong ragu
“maaf
sebelumnya aku baru mengabari ini, Kwon Taeyeon sekarang ada di rumah sakit...”
belum selesai Kim Taeyeon bicara ibu Jiyong langsung memotong
“rumah
sakit? Memang apa yang terjadi dengan cucuku?” tanya ibu Jiyong panik.
“suhu
badannya tinggi sekali, ia demam. jadi aku membawanya ke rumah sakit. Namun
anda tidak perlu khawatir, Kwon Taeyeon sudah ditangani dokter sekarang.
Sekarang ia ada di Rumah Sakit Jeonju. Itu saja yang bisa aku katakan nyonya”
kata Kim Taeyeon
“ah..
terima kasih. Aku akan ke sana sekarang” jawab ibu Jiyong
Setelah
menghubungi keluarga Kwon Taeyeon, Kim taeyeon masuk ke dalam ruang rawat Kwon
Taeyeon. Namun anak itu belum sadarkan diri ia masih tidur, ia melihat sedih ke arah anak itu,
terlihat sangat lemah saat ini. Kim Taeyeon duduk di sebelah ranjang Kwon
Taeyeon, tangan kirinya memegang erat tangan anak itu sedangkan tangan kanannya
mengelus rambut Kwon Taeyeon.
“maafkan
aku” kata Kim Taeyeon
Tiba-tiba
pintu kamar terbuka membuat Kim Taeyeon menegokkan kepalanya ke arah pintu.
Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang tak asing di matanya.
“bibi...”
panggil Kim Taeyeon
“ommo..
Kim Taeyeon” respon wanita tadi yang tak lain adalah ibu Jiyong
Kim
Taeyeon bangkit dari kursinya dan memberi hormat pada ibu Jiyong.
Sedangkan ibu
Jiyong masih dalam posisi yang sama diam membeku melihat seoseorang yang sudah
lama tidak dilihatnya. Bingung dan kaget diantara keduanya jelas
terlihat.
“annyeonghaseo
bibi” sapa taeyeon “apa kabar?” tanya Taeyeon lagi
“Kim
Taeyeon.. benarkah ini kau Kim Taeyeon sahabat Kwon Jiyong?” tanya ibu Jiyong
masih tak percaya
“nee”
jawab Taeyeon lirih
Kemudian
ibu Jiyong mendekat dan memeluk Kim Taeyeon.
“kemana
saja kau taeyeon-a?” tanya ibu Jiyong yang sudah melepas pelukannya
“aku
tak kemana-mana bibi, aku di Jeonju” jawab Taeyeon
“aigo
.. aku hampir lupa dengan cucuku ini” kata ibu
Jiyong mengalihkan pembicaraan
“tadi
dokter sudah memeriksa keadaannya. Dia bilang Taeyeon baik-baik saja, ia hanya
butuh istirahat” kata Kim Taeyeon menjelaskan keadaan Kwon Taeyeon
“terima
kasih sudah mau membawanya kesini” kata ibu Jiyong
“itu
sudah tugasku sebagai seonsangnim disini” jawab Taeyeon
“apa sebelumnya kau tau kalau dia anak Jiyong?” tanya ibu Jiyong tiba-tiba membuat yang
ditanya bingung harus menjawab apa.
“ah..
itu.. iya aku tahu saat membaca lembar pendaftaran miliknya”
“ah
begitu..” jawab ibu Jiyong
“maaf
bibi sepertinya aku harus pulang sekarang” pamit Kim Taeyeon
“apa
kau tak mau menunggu Jiyong taeyeon-a?” tanya ibu Jiyong
“eoh..
menunggu? Ah besok pagi aku akan kesini lagi” jawab taeyeon gugup
“tunggulah
sebentar bukan untuk Jiyong tapi untuk Kwon Taeyeon” pinta ibu Jiyong
“nee..”
jawab Kim Taeyeon lirih
Tak
lama tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat pria tampan yang masih
mengenakan pakaian kantor sedikit berantakan masuk.
“Taeyeon-ah”
panggil lelaki itu pada anaknya, tanpa ia sadari ada orang lain selain ibu dan
anaknya di ruangan itu.
Matanya menangkap sosok yang selam ini ia rindukan “ommo”
kata lelaki itu kaget saat melihat ada seseorang yang nampak tak asing
dimatanya.
Terlihat
ada kecanggungan diantara keduanya. Mata mereka saling bertemu namun mulut
mereka terkunci rapat, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka.
“jiyong
ibu keluar sebentar” kata ibu Jiyong memecah keheningan. Sebenarnya bukan hanya
untuk memecah keheningan, ibu Jiyong keluar agar keduanya bisa bicara bebas
berdua.
Setelah
ibu Jiyong keluar, nampak yang masih ada kecanggungan diantara keduanya hingga
pada akhirnya Kim Taeyeon membuka suaranya.
“apa
kabar?” tanya Taeyeon ragu. Matanya melihat pada Jiyong yang sibuk melihat ke
arah putrinya
“seperti
yang kau lihat” jawab Jiyong dingin. “bagaimana denganmu?” tanya Jiyong baik
dan kini menatap pada Taeyeon.
“baik”
jawab Taeyeon lirih
“eh..
karena sudah ada kau, aku akan pulang sekarang” kata Taeyeon
“Kim
Taeyeon” tanpa merespon perkataan
Taeyeon jiyong justru memanggil namanya. Matanya menatap mata Kim Taeyeon dalam
dan ia berjalan menjuju wanita di depannya.
*to be
continue*


Tidak ada komentar:
Posting Komentar