Minggu, 16 Oktober 2016

SOMETHINGS HAPPEN IN MY HEART


Author :
spencer lee 

Cast :
Kwon Jiyong
Kim Taeyeon
Kwon Taeyeon
Im Yoona
Kangin

Genre : angst, love, sad, family, drama

Rate : 16+

Warning : Typo bertebaran. Alur yang digunakan adalah campuran (alur maju- alur mundur) membutuhkan konsentrasi tinggi saat membaca cerita ini.

Disclaimer :
This is a work of fiction. This is a fictional story about fictional representations of real people. None of the events are true. No profit was made from this work.
Seperti drama-drama di korea yang sudah banyak menginspirasi drama-drama di negara lain, contohnya Full House yang ceritanya banyak diadopsi negara lain. Dan juga BBF yang terinspirasi drama taiwan meteor gareden. Fanfic ini juga terinspirasi dari film bollywood yang dibintangi Sahrukhan, Kajol dan Rani Mukreji. FF Ini juga pernah saya post di asianfanfic namun saya sudah hapus J. Jadi ini asli tulisan saya bukan plagiat loh ya.



-Author Pov-
Seoul, 9 Maret 2005

“kami sudah melakukan hal terbaik Jiyong-shi. Istrimu mengalami pendarahan yang serius dan dia tidak memiliki banyak waktu. Sebelum melahirkan dia sudah tahu akan mengalami hal ini, dia juga tahu bahwa kau sangat menginginkan bayi ini dan dia mencintai banyinya daripada hidupnya. Maafkan kami Jiyong-shi” kata seorang dokter pada pria muda yang nampak sudah tidak bersemangat dalam hidupnya.

Kalimat itu masih terngiang diotak seorang pria bernama Kwon Jiyong. Rasa sakit yang dirasakan tidak bisa dibagi atau diceritakan dengan yang lain hanya dirinya yang tahu itu.
~~
“eommonim aku ingin anak ini tahu siapa aku ibunya da seperti apa aku. Eommonim aku tinggalkan 10 surat untuknya, bacakan satu persatu setiap dia ulang tahun dan pada usia 10 tahun biarkan ia membaca suratku yang ke sepuluh sendiri. Surat ini berisi semua yang ingin aku ceritakan pada putriku ini. Semua surat ini akan membawanya mengingat akan kenangan masa lalu ku” kata seorang wanita yang menggendong putri yang baru saja dilahirkan. Diciumnya setiap centi wajah putrinya penuh kasih sebagai tanda perpisahan dengannya.
“lihat eommonim, bukankah dia sangat mirip dengan ayahnya? Mata, hidung, dan bibirnya?” tanya wanita itu pada ibu mertuanya yang sedang duduk menghadap dirinya.

Sang ibu mertua hanya mengangguk dan menahan tangis. Kemudian wanita itu menyerahkan bayi itu pada ibu mertuannya. Tanpa disadari oleh kedua wanita itu, ada seorang lelaki yang mencoba menahan tangis mendengar semua yang mereka bicarakan di depan pintu lelaki itu adalah Kwon Jiyong. Dengan ragu Jiyong g masuk ke ruangan dimana istrinya sedang dirawat, kemudian sang ibu meninggalkan mereka berdua sambil menggendong putri mereka.
Jiyong duduk di kasur rawat istrinya namun posisi Jiyong membelakangi sang istri.
“kau jahat, kau tahu itu?” kata Jiyong yang mulai menitikan air matanya. “kau sangat jahat” ulangnya lagi.

“oppa” panggil istrinya. Jiyong hanya menggelengkan kepala dan mulai menangis.

“oppa berjanjilah kau akan memberikan nama Kwon Taeyeon untuk purti kita” pinta sang istri dan Jiyong hanya mengangguk.

“hei Jiyong, maukah kau jadi temanku?” tanya istrinya dan menggenggam tangan Jiyong erat. Jiyong berbalik menghadap istrinya. Pertannyaan itu mampu membuat Jiyong diam membeku ia teringat saat pertama ia bertemu dengan sang istri.

“berjanjilah untuk tidak menangis, maukah kau berjanji untuk aku dan putri kita?” tanya istrinya lagi dan Jiyong hanya mengagguk.
-Flashback end-

Jiyong masih teringat dengan yang barusan ia alami semua. Satu jam berlalu sudah sang istri dimakamkan dan satu jam sudah ia berdiri di depan pusara sang istri. Tak ada yang bisa menghentikan kesedihannya saat itu, hampir setengah jiwanya ikut terkubur dalam tanah itu. Kini Jiyong merasa ada kekosongan di dalam hatinya. Tak adalagi tempat untuk ia berbagi suka dan duka, mimpi dan harapan yang telah mereka rencanakanpun telah pupus. Yang jelas sekarang, Jiyong harus tetap kuat dan tegar karena ia harus merawat putri kecil mereka. Kasian sekali putri mereka harus tumbuh tanpa sentuhan seorang ibu.

10 tahun kemudian
Seoul, 8 Maret 2015

Seorang lelaki duduk bersandar di kursi kantornya, ditatapnya langit-langit kantor miliknya. Sesekali ia memijat kepalanya, berharap sedikit mengurangi beban yang ada dipikirannya. Hari ini terlalu banyak masalah yang ia hadapi, mulai dari kesepakatan yang gagal dengan perusahaan lain, karyawan yang tidak terlalu berkompeten, ditambah lagi dengan urusan rumah.

Jiyong nama lelaki itu, selain menjadi direktur ia juga harus menjadi orangtua tunggal dari putri semata wayangnya. Menjadi seorang single parent bukanlah hal yang mudah apalagi dengan satus yang ia sekarang (direktur). Terkadang ia merasa kewalahan mengurusi sang putri seorangdiri, ia harus berperan sebagai ayah, ibu dan terkadang sebagai teman bagi sang anak. Ya meski ada ibunya ikut membantu namun tetap saja, ialah orang yang paling berkewajiban mengurusi putrinya. Apalagi sekarang usia putrinya memasuki angka 10, pekerjaan yang berat untuk seorang single parent apalagi dia laki-laki. Mengurus anak perempuan yang akan tumbuh menjadi gadis remja. Anak perempuan sangat membutuhkan ibu saat ia akan tumbuh menjadi gadis remaja. Kasih sayang antara ayah dan ibu memang sama. Namun sepertinya sentuhan sosok ibu memang diperlukan untuk anak perempuan yang beranjak remaja.

Berkali-kali sang ibu menyuruh Jiyong untuk mencari pendamping hidup sebagai istri dan ibu untuk anaknya. Bahkan tak jarang sang ibu menjodohkannya, namun Jiyong tetap Jiyong ia tetap pada pendiriannya bahwa “lahir sekali, hidup sekali, matipun sekali, dan menikahpun harus sekali”. Prinsip itu yang membuat ibunya merasa marah dan kesal dengan sang anak.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu membuyarkan lamunan Jiyong

“masuk” kata Jiyong sambil membenarkan posisi duduknya

“maaf direktur mengganggu, ada tamu yang memaksa untuk masuk dan bertemu dengan anda” kata sekretarisnya

“siapa?” tanya Jiyong penasaran

“dia tak mau menye..” wanita itu belum selesai menjawab tiba-tiba seorang gadis kecil masuk dengan muka kesal dan sedikit marah.

“aigooo” respon Jiyong pada gadis kecil itu dan sang sekretaris hanya tersenyum kecil melihat pemandangan antara seorang ayah dan putri kecilnya, kemudian ia pergi meninggalkan mereka berdua.

Gadis kecil itu tak lain adalah Kwon Taeyeon anak dari Kwon Jiyong. Taeyeon duduk sofa sambil melipatkan kedua tangannya dan raut wajah yang kesal. Jiyong mendekati putrinya dan duduk di depannya.

“cantik sekali putri appa kalau sedang marah, tapi akan tambah cantik kalau ia tersenyum” kata Jiyong mencoba merayu anaknya
Taeyeon hanya membuang muka dan masih kesal

“baiklah. Appa minta maaf benar-benar minta maaf, appa sangat sibuk hari ini banyak pekerjaan yang harus appa selesaikan hari ini juga” kata Jiyong menyesal
Kemudian Taeyeon sang putri menoleh dan menatap sang ayah datar

“appa..” panggil Taeyeon

“ne” jawab Jiyong lembut

“appa tahukan besok ulang tahunku?” tanya Taeyeon dan Jiyong hanya mengangguk “dan appa juga tahu kalau biasanya satu hari sebelum aku ulang tahun, kita akan ke makam eomma” lanjut Taeyeon

Jiyong kaget, ia hanya diam dan tak bisa menjawab. Ia merasa menyesal dan sedih karena ia benar-benar lupa kalau ia akan memperingati hari kematian sang istri.

“maafkan appa” kata Jiyong mendekat dan memeluk sang putri. Ia mencium kepala Taeyeon dengan penuh cinta kasih.

“kajja.. kita kesana sekarang” ajak Jiyong pada anaknya.
*skip*

Akhirnya Jiyong dan Taeyeon putrinya sampai di makam istrinya. Kedua manusia ini memberi hormat pada pusara wanita yang amat mereka cintai. Kemudian Taeyeon sang anak meletakan bunga lili di atas pusara itu.
“eomma, besok hari ulang tahun ku” kata Taeyeon seolah-oleh berbicara pada ibunya.

Jiyong melihat sedih kearah Taeyeon. Dalam lubuk hati yang dalam Jiyong sedih sekaligus bahagia memikli putri yang sangat cantik dan mandiri. Meski tumbuh tanpa ibu, Taeyeon berhasil tumbuh menjadi gadis kecil yang mandiri. Ia sangat mirip dengan mendiang istrinya, walaupun ia tak pernah mengenal sosoknya. Walaupun sang istri tak pernah disisi Taeyeon, namun surat-surat peninggalan dari mendiang istri Jiyong seolah-olah cukup membuat Taeyeon kehadiran sosok seorang ibu. Kadang Jiyong merasa iri dengan putrinya sendiri, karena hanya Taeyeon yang ditinggali surat sedangkan ia tak mendapatkannya.

“eomma, Taeyeon rindu eomma” kata Taeyeon lirih namun cukup terdengar ditelinga Jiyong.

Seperti ada silet yang menyayat hatinya saat mendengar kalimat itu keluar dari sang anak, karena selama ini baru kali pertama Jiyong mendengar secara langsung Taeyeon merindukan ibunya. Taeyeon tidak akan pernah berani mengatakan hal itu, karena Taeyeon tahu kalau ia mengatakan di depan Jiyong pasti Jiyong akan terluka dan Kwon Taeyeon tak menginginkan sang appa sedih.

“aku sekarang sudah besar, besok usiaku sudah sepuluh tahun. Besok juga aku akan membaca surat terakhir dari eomma” cerita Taeyeon pada ibunya

“Yeoboya, putri kita tumbuh menjadi gadis cantik kan?” kini Jiyong mulai bersuara “ia sangat mirip denganmu sungguh, kau bisa melihatnya disanakan?” lanjutnya

“eomma bolehkan jika aku punya ibu lagi?” tujuh kata yang keluar dari mulut Taeyeon cukup membuat Jiyong tersentak kaget.

“Taeyeon-a” panggil Jiyong sedih

“eomma, Taeyeon juga ingin seperti teman yang lain. Aku ingin diantar oleh ibu setiap berangkat sekolah dan memasak bersama dengan ibu. Aku tahu eomma sangat mencintai dan menyangiku, aku juga tahu eomma akan setuju jika aku punya ibu lagi kan?” cerita Taeyeon yang kini mulai menangis.

Jiyong hanya bisa diam dan membeku mendengar semua yang dikatakan sang anak. Ternyata selama ini Taeyeon menginginkan ibu lagi, namun Taeyeon tak pernah bercerita dengannya. Jiyong merasa sangat tidak berguna dan bodoh karena selama ini ia tak melihat kesepian dan kehampaan sang anak. Yang ia tahu Taeyeon tumbuh menjadi gadis yang pintar, mandiri, kuat dan ceria.

“Taeyeon-a maafkan appa” kata Jiyong sambil memeluk anaknya
*skip*

-Jiyong Pov-
@Rumah Keluarga Jiyong

Aku dan Taeyeon kini sudah kembali dari makam tiga jam yang lalu dan kini kami sedang makan malam seperti biasa. Namun tidak seperti biasa aku dan Taeyeon diam saat di meja makan. Kami sama-sama diam karena pembicaraan tadi saat di makam.
“Taeyeon-a kenapa kau dan ayahmu tidak saling bicara?” tanya ibuku pada Taeyeon

“eoh” jawab Taeyeon gugup

“Taeyeon lelah eomma” jawabku

“ah begitukah?” tanya ibuku ragu “bagaimana tadi di makam?” tanyanya lagi

“seperti biasa” jawabku malas

“aku meminta ijin pada eomma agar appa menikah lagi, helmoni” jawab Taeyeon tanpa melihat ke arah kami namun ia masih fokus pada makanannya.

“MWO?” tanya ibuku kaget “Taeyeon-a tadi kau bicara apa?” tanya ibuku lagi

“aku ingin appa menikah lagi dan aku memiliki ibu” jawab taeyeon datar dan menatap neneknya.

“aigoo.. kau pintar sekali Kwon Taeyeon.. hahaha” jawab Ibuku.

Ia sekarang malah tertawa mendengar jawaban dari Taeyeon. Aku dan Taeyeon hanya heran melihat kearah wanita tua ini.

“helmoni sudah menduganya...” kata ibuku “bagus sekali Taeyeon, bagus itu baru cucuku” kata ibuku sambil tersenyum penuh arti ke arahku

“eomma” rengekku

“waeee??” tanya ibuku tak merasa bersalah

“kalain berdua benar-benar” jawabku kesal.

“helmoni tidak lupakan dengan surat eomma?” tanya Taeyeon sumringah

“tidak sayang” jawab ibuku
-Jiyong Pov end-

-Kwon Taeyeon Pov-

Hari ini aku sangat bahagia sekali karena beberapa jam lagi usiaku sudah 10 tahun. Bahagia juga karena akan membaca surat dari eomma namun aku juga sedih karena ini adalah surat terakhir yang eomma berikan padaku. Pada surat yang kesembilan eomma berjanji akan menceritakan tentang Eomma, Appa, dan Taeyeon? Aku sangat penasaran dengan isi suratnya, karena ada namaku di surat eomma.

Tik tok tik tok tik tok

Bunyi alramku dan menunjukan pukul 00.00 , aku sungguh tak sabar membaca surat ini segeraku buka dan kubaca. Tiba-tiba saatku baca ada foto yang terjatuh. Di dalam foto itu ada dua orang siswa yang mengenakan seragam SMA, yang satu nampaknya aku mengenalnya namun sebelahnya aku asing dengan rupanya. Apa mugkin itu appa dan eomma? Emm tapi tak mungkin, bukankah eomma dan appa kenal saat mereka kuliah. Dan di foto ini diambil saat masih mengenakan seragam SMA.


“aigoo.. appa cupu sekali saat masih SMA” komentarku saat melihat foto itu

“em.. tapi siapa wanita disebelahnya?” tanyaku penasaran pada dirisendiri 

“ish, aku hampir melupakan surat eomma” lanjutku

Annyeonghaseyo Kwon Taeyeon
Saengil Chukahamida, Saengil Chukahamida, Saengil Chukahamida. Saranghanenun Taeyeoni Sangeil Chukahamida.
Kwon Taeyeon putri ku yang sangat cantik, kini usiamu sudah 10 tahun. Kau pasti mirip dengan eomma waktu kecil tapi eomma tahu pasti sifatmu mirip sekali dengan appa kan?

Taeyeon-a, eomma berharap di usiamu yang kesepuluh kau akan memahami isi suarat ini. Dan eomma minta kau mengabulkan keninginan eomma. Surat ini akan menceritakan sebuah kisah antara eomma, appa dan Kim Taeyeon.
“Kim Taeyeon” kata ku mengulangi surat eomma. Kemudian aku melanjutkan membaca kembali.

Taeyeon-a 12 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2003 saat eomma pindah dari Paris ke Seoul. Eomma masuk ke univeristas dimana eomma mengenal dan berteman dengan appa dan Kim Taeyeon. Hidup dan tinggal di Seoul membuat eomma bingung dan cukup repot, karena dari kecil eomma lahir dan tinggal disana namun saat nenek mu meninggal, eomma dan kakek mu memutuskan untuk kembali lagi ke Seoul. Untung saja saat pindah ke Seoul, eomma bertemu dengan Kim Taeyeon.

Kim Taeyeon adalah teman eomma yang pertama di Seoul. Dia sangat baik pada eomma, ia selalu membantu eomma disaat eomma membutuhkan bantuanya. Ia selalu ada waktu hanya sekedar untuk menemani eomma jalan-jalan keliling kota Seoul. Kim Taeyeon juga mengenalkan eomma pada sahabat baiknya yaitu Kwon Jiyong.

Kim Taeyeon dan Kwon Jiyong adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain meski berbeda karakter namun mereka berdua selalu berdampingan. Bagaikan dua sisi mata koin. Dimana ada Kim Taeyeon pasti ada Kwon Jiyong dan dimana ada Kwon Jiyong pasti ada Kim Taeyeon. Mereka tanpa ragu akan saling bertengkar dihadapan siapapun termasuk eomma, mereka juga tanpa ragu akan memperlihatkan kehangatan diantara mereka. Tidak ada hal yang pernah disembunyikan dan dirahasiakan diantara mereka. Terkadang eomma merasa iri pada mereka dan ingin menjadi sahabat mereka namun sepertinya eomma tidak bisa karena hanya ada Kwon Jiyong dan Kim Taeyeon dalam lingkaran persahabatan itu. Eomma hanya bisa menjadi teman mereka iya teman Kim Taeyeon yang tanpa sengaja mengambil Kwon Jiyong sahabtanya. Satu hal yang mungkin sampai saat ini mereka tidak saling tahu adalah mereka saling mencintai satu sama lain.

Satu tahun setelah eomma hadir diantara Kim Taeyeon dan Kwon Jiyong. Kwon Jiyong melamar dan meminta pada kakekmu untuk menikah dengan eomma. Dan tentu saja kakekmu sangat setuju dengan lamaran itu, karena Kwon Jiyong dimata kakek adalah sosok pria yang baik dan bertanggung jawab pada wanita. Hal itu juga yang membuat eomma jatuh cinta padanya.
Satu hari setelah appa melamar eomma, Kim Taeyeon memberitahukan pada kami berdua bahwa dia akan pindah ke kampung halamannya di Jeonju dan tak akan kembali. Eomma sangat sedih mendengar berita itu, karena eomma akan kehilangan teman terbaik eomma. Begitu juga dengan appa yang nampak sedih, kesal dan marah dengan keputusan Kim Taeyeon.

“Taeyeon-a kau tak bisa pergi” pinta Jiyong pada Kim Taeyeon sedikit marah
“Maafkan aku oppa” jawab Kim Taeyeon sedih
“tidak bisa pokoknya tidak bisa” kata Jiyong lantang sambil menarik lengan Kim Taeyeon.
“oppa kau tak bisa memaksa, ibu dan ayahku memintaku untuk pulang” jawan Kim Taeyeon juga marah dan melepaskan tangan Jiyong
“yahh.. kau sekarang tak menganggapku lagi sebagai sahabatmu?” tanya Jiyong
“anio, tidak bermaksud seperti itu. Ahh.. terserah kau sajalah” jawab Kim Taeyeon frustasi
“Taeyeon-a, apa kau tak bisa menunggu sampai waktu wisuda?” tanya Jiyong yang kini lebih tenang
“tidak bisa” jawab Kim Taeyeon
“kau jahat, kenapa kau meninggalkan aku sendiri? Apa yang bisaku lakukan tanpamu Kim Taeyeon? kau tahu kan aku sangat bergantung padamu. Sungguh aku tak bisa satu detik pun berpisah denganmu” kata Jiyong sambil memeluk Kim Taeyeon erat, Kim Taeyeon juga memeluk Jiyong erat. Karena ini akan menjadi perpisahan antara kedua sahabat itu.
“yah jangan bohong oppa, bukankah setiap hari kita bertengkar? Dan kau tak sendiri sekarang, kau ada Yoona. Kau bisa bergantung padanya sekarang” jawab Kim Taeyeon sedih. Jiyong tak menjawab dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kim Taeyeon, aku sangat menyayangimu” kata Jiyong
“aku tahu itu, aku juga sangat menyayangimu Kwon Jiyong” jawab Taeyeon
“Jangan pernah lupakan aku. kirimlah surat tiap bulan padaku” kata Jiyong
“ne oppa.. aku tak akan pernah melupakanmu” jawab Kim Taeyeon sedih.
Kata-kata itu sontak membuat kaget dan sedih eomma, yang sedari tadi melihat pemandangan antara sepasang sahabat yang akan berpisah. Saat itu eomma tidak bisa mendekat dan ikut memeluknya eomma hanya bisa melihat dan mendengar semua yang mereka bicarakan. Dan saat itu pula eomma baru menyadari bahwa eomma berada ditengah-tengah sahabat yang saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.
“Yoona-ya aku titip Jiyong oppa padamu, jangan biarkan dia merasa sepi dan sendirian. Aku tahu kalian akan bahagia saat menikah” kata Kim Taeyeon dan eomma tahu pasti Kim Taeyeon sangat sedih saat mengatakan hal itu
“baik aku janji” jawab eomma dan memeluk Kim Taeyeon erat.

Dan itulah kali terakhir eomma dan appa melihat Kim Taeyeon, ia tak pernah mucul di kehidupan kami lagi. Bahkan saat eomma mengirimkan undangan padanya dua bulan setelah ia pindah ke Jeonju. Ia tak datang dan tak pernah ada kabar lagi.

Kwon Taeyeon maafkan eomma, bukan bermaksud eomma menyesal menikah dengan appamu. Namun dengan cerita ini semoga bisa menebus rasa bersalah eomma pada Kim Taeyeon dan juga appamu. Kembalikan cinta diantara mereka berdua, biarkan mereka berdua bersatu. Hal itu akan membuat eomma tenang disini. Kwon Taeyeon berjanjilah pada eomma satukanlah kedua sahabat yang saling mencintai. Berjanjilah Kwon Taeyeon.
Eomma Sangat Mencintaimu sayang.

Setelah membaca surat dari eomma aku sangat sedih dan tak henti-hetinya air mataku mengalir membasahi pipi ini.
“eomma akan ku tepati janjimu”
*skip*

-Author Pov-

Keesokan harinya seperti biasa, keluarga kecil Kwon Jiyong sarapan di meja makan. Berbagai macam masakan telah disiapkan, semua adalah masakan kesukaan Kwon Taeyeon. Karena hari ini adalah tanggal 9 Maret hari ulang tahunnya.

“Saengil Chukahamida Saengil Chukahamida Saengil Chukahamida, Saranghaneun Taeyeoni...Saengil Chukahamida..” Jiyong dan ibunya menyanyikan lagu untuk Kwon Taeyeon.

Gadis kecil itu hanya tersenyum dan menghampiri ayah dan neneknya dan mencium pipi kedua orang itu.

“aigo.. usiamu sudah 10 tahun sekarang. Kau ingin hadiah apa sayang?” tanya Jiyong pada anaknya

“emmmm” Taeyeon tampak berfikir “aku ingin punya ibu lagi” jawab Taeyeon kemudian ia tersenyum dan melanjutkan perkataannya “aniya.. aku tak akan memaksa appa lagi. Eumm aku ingin liburan di Jeonju”

“Jee.. Jeonju?” tanya Jiyong terbata-bata

“iya apa aku ingin kesana, dua minggu lagi akan ada Korean Tardition Festival. Appa tahu kan kalau aku sangat mencintai budaya tradisional Korea, dan disana aku ingin belajar banyak lagi” jawab Taeyeon semangat.

          Jiyong nampak berfikir dan bingung harus menjawab apa. Saat putrinya mengatakan Jeonju tiba-tiba ia teringat pada seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Selama ini ibu dan anaknya tidak tahu bahwa Jiyong mencintai seseorang selain sang istri. Jiyong tak bercerita banyak tentang masalah dirinya, baginya masalah dirinya bisa ia tangani sendiri apalagi ini menyangkut hati. Karena bisa dikatakan Jiyong sedikit malu jika membahas mengenai perempuan apalagi cinta pada ibunya, melihat dirinya sekarang adalah seorang ayah bukan lelaki single.

“appa..” panggil Taeyeon membuyarkan lamunan Jiyong

“ah iye.. baiklah kamu boleh kesana” jawab Jiyong ragu.

“gomawo appa” jawab Taeyeon sambil mencium pipi ayahnya.

-Other Side-

Seorang wanita cantik berkulit putih khas korea, tidak terlalu tinggi namun sangat cantik terlihat sedang duduk di sebuah halte bus. Nampak ia tidak sedang menunggu bus namun menunggu seseorang, karena sedari tadi ada tiga bus yang datang namun ia tak naik juga. Ini sudah satu jam lebih wanita itu duduk disana, kegelisahan dan sedikt raut marah tersirat di waahnya. Sesekali ia melihat jam di tangannya dan juga mobil-mobil yang lewat.

Halte disini sukup ramai oleh kumpulan siswa berseragam SMA yang sedang menunggu bus datang, karena ini memang jam anak sekolah berangkat. Mata wanita tadi terhenti saat melihat dua siswa yang nampaknya sedang bertengkar, sang siswa laki-laki mencoba meminta maaf namun siswa perempuan cuek dan tak peduli.

“aigo.. kekanak-kanakan sekali. Tak seharusnya mereka bertengkar di tempat umum” komentar  wanita melihat pemandangan itu.

          Wanita itu sedikit teringat masa saat ia masih sekolah dulu. Hal yang sama pernah ia lakukan dengan sahabatnya. Hal itu membuat wanita itu sedih sekaligus bahagia mengingat masa lalunya bersama  sahabatnya itu. Tak terasa air mata jatuh dipipinya dengan segera ia hapus.

“ada apa denganku? Itu sudah bertahun-tahun yang lalu” kata wanita itu pada dirinya sendiri.

Tin..Tin..Tinn

          Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunan wanita itu, kemudian ia menengok ke sumber suara dan melihat seorang pria berbadan tegap keluar dari mobil sedan berwarna hitam.

“Taeyeon-a maaf aku terlambat” kata seorang pria pada wanita itu sambil berlari.
          Wanita yang bernama Taeyeon tadi nampaknya kesal dan marah melihat kedatangan lelaki itu. Sambil mengatur nafasnya, lelaki itu menghampiri Taeyeon dan menarik tanganya.
“ayo cepat, nanti kau terlambat” kata pria itu.

          Namun sang wanita yang bernama lengkap Kim Taeyeon tidak menjawab dan hanya diam berjalan mengikuti pria itu masuk ke mobil.

“maaf kan aku chagiya, tadi jalanan begitu macet. Aku tidak terlalu terlambatkan?” kata sang pria mencoba mencari alasan.

“satu jam” jawab Taeyeon ketus

“aigo.. cantik sekali calon istriku kalau sedang marah” komentar pria tadi saat melihat Taeyeon marah.

“baiklah aku Kim Youngwon alias Kangin mengaku salah, aku janji tak akan mengulangi lagi” kata sang pria tadi yang ternyata bernama kangin pada calon istrinya.

“kau tahukan oppa, aku harus hadir lebih awal dari para calon peserta. Aku ini panitia” sesal Taeyeon pada Kangin.

“iya aku minta maaf” permintaan maaf dari Kangin yang kesekian kalinya.

Setelah perjalanan 20 menit akhirnya Taeyeon dan Kangin sampai di lokasi. Taeyeon bergegas lari ke stand pendaftaran yang nampaknya sudah banyak sekali calon peserta yang hadir. Sedangakan Kangin langsung pergi, ia tak menemani kekasihnya karena ia harus berkerja.

Tak lama setelah kepergian mobil Kangin, mobil dengan tipe yang sama memasuki area parkir. Sepertinya penumpang di dalam mobil adalah peserta dari acara itu.

“Taeyeon-a, maaf appa tidak bisa ikut masuk karena appa ada rapat hari ini. Kau bersama helmoni ya, janji kau tak boleh menyusahkan helmoni. Arra?” kata seorang pria berparas tampan pada anak perempuannya.

“ne appa” jawab Taeyeon lembut.

          Kwon Taeyeon dan neneknya memasuki area pendaftaran, mereka berjalan ke barisan antrian. Nampaknya Kwon Taeyeon tidak beruntung pagi ini, karena ia mendapat giliran nomor 205 padahal nomor yang baru dipanggil adalah nomor 50. Berarti ia harus menunggu 154 orang lagi.

“Helmoni, kalau helmoni capai. Lebih baik helmoni cari tempat beristirahat saja, ini masih lama.” Saran gadis kecil itu pada neneknya

“ah iya, helmoni akan cari tempat duduk” jawab sang nenek yang memang tampak lelah karena harus berdiri lama.

          Setelah hampir satu jam menunggu akhirnya Kwon Taeyeon berhasil mencapai meja pendaftaran. Terlihat seorang wanita cantik yang menyapa dirinya dan Kwon Taeyeon merasa tidak asing dengan wanita itu. Sebetulnya Kwon Taeyeon sudah tahu kalau, wanita yang ada dihadapannya sekarang adalah Kim Taeyeon sahabat sang ayah. Karena jauh hari seteleh Kwon Taeyeon membaca surat dari sang ibu. Ia mendapatkan info dari internet bahwa seosangnim yang akan mengajar  Korean Tradisional Festival di Jeonju adalah Kim Taeyeon. Awalnya Kwon Taeyeon ragu apakah Kim Taeyeon ini adalah sahabat sang ayah, karena foto yang ibunya berikan adalah foto 17 tahun yang lalu tentu saja akan ada perbedaan gambar. Namun bukan Kwon Taeyeon namanya jika tidak cerdas, lantas ia membuka biodata yang tertera dan memang benar Kim Taeyeon ini adalah Kim Taeyeon sahabat sang ayah.

“annyeonghaseo” hormat Kwon Taeyeon pada wanita itu.        

“annyeonghaseo” jawab wanita yang bernama Kim Taeyeon

“aigo, cantik sekali” komentar Kim Taeyeon pada Kwon Taeyeon. “siapa namamu?” tanya Kim Taeyeon

“pernalkan namaku Taeyeon” jawab Kwon Taeyeon ramah dan mengembangkan senyum di wajah cantiknya

“Taeyeon?” tanya Kim Taeyeon kaget

“iya, namaku Taeyeon. Kwon Taeyeon”  jawab Kwon Taeyeon yakin dan tersenyum pada Kim Taeyeon.

          Wanita cantik yang bernama Kim Taeyeon itu nampak kaget mendengar nama pesertanya sama dengan dirinya. Sebenarnya ia kaget karena nama marga gadis kecil itu Kwon, ya tentu saja Kim Taeyeon kaget karena Kwon adalah nama dari marga dari Jiyong. Namun Kim Taeyeon tidak berfikiran kalau ini adalah anak dari sahabatnya itu, ia berfikir mungkin itu suatu kebetulan saja.

“namamu sama dengan namaku sayang” kata Kim taeyeon pada gadis cantik itu.

“ah benarkah?” tanya Kwon Taeyeon pura-pura kaget

“iya, namaku Kim Taeyeon” jawab Kim Taeyeon mengenalkan dirinya

“apakah anda seonsangnim disini?” tanya Kwion Taeyeon

“iya benar” jawab Kim Taeyeon

“ah begitukah? Berarti aku boleh memanggilmu seonsangnim?” tanya Kwon Taeyeon ragu

“tentu saja cantik” jawab Kim Taeyeon ramah “silahkan kau isi formulir ini, kemudian nanti setelah kau isi kau kembali lagi kesini dan menyerahkan formulir yang telah diisi” terang Kim Taeyeon pada Kwon Taeyeon

“baik” jawab Kwon Taeyeon.

“ngomong-ngomong, kau kesini diantar ibu atau ayahmu kan?” tanya Kim Taeyeon

“anio, aku bersama helmoni. Ia sedang duduk istirahat” jawab Kwon Taeyeon ramah “seonsangnim bolehkah aku bertanya?” tanya Taeyeon kecil

“tentu saja” jawab Taeyeon dewasa

“kenapa namamu Taeyeon?” tanya Kwon Taeyeon imut

“emm.. mungkin karena orangtuaku menyukai nama itu” jawab Kim Taeyeon ramah “lantas bagaimana denganmu?” tanya Kim Taeyeon balik

“mungking karena orangtuaku menyukai seonsangnim” jawab Kwon Taeyeon sambil tersenyum penuh makna.

          Wanita yang bernama Kim Taeyeon sedikit kaget dengan jawaban Taeyeon kecil.

“aigoo.. gadis cantik ini pintar bergurau ternyata” jawab Kim Taeyeon sambil mencubit pipi Taeyeon kecil.

“ah nampaknya itu helomoni sudah menunggu” kata Kwon Taeyeon sambil menunjuk pada sang nenenk yang berada 20 meter dari tempatnya berdiri 

“senang bertemu dengan anda Seonsangnim” lanjut Kwon Taeyeon ramah dan berpamitan dengan Kim Taeyeon

“senang juga bertemu dan berkenalan dengan mu Kwon Taeyeon. Semoga harimu menyenangkan” jawab Kim Taeyeon pada gadis kecil itu.

          Kemudian gadis keci yang bernama Kwon Taeyeon pergi, wanita yang bernama Kim Taeyeon penasaran dengan Kwon Taeyeon ia merasa tidak asing dengan wajah gadis tadi. Nampaknya ia pernah menatap mata itu sebelumya, tapi dimana dan kapan Kim Taeyeon masih bingung dan tidak tahu. Kim Taeyeon sempat berfikir apakah gadis itu anak dari Kwon Jiyong karena ia memiliki marga yang sama dengannya. Namun segera ia tampik pikiran itu, ia tidak mau berfikir macam-macam. Yang jelas Kim Taeyeon senang bertemu dengan Kwon Taeyeon.
*to be continue*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar