Senin, 14 November 2016

Something Happen in My Heart 2


Author :
spencer lee 
Main cast :
Kwon Jiyong
Kim Taeyeon
Kwon Taeyeon

Genre : angst, sad, family, drama
Rate : 16+
Warning : Typo bertebaran. Alur yang digunakan adalah campuran (alur maju- alur mundur) membutuhkan konsentrasi tinggi saat membaca cerita ini.


Disclaimer :
This is a work of fiction. This is a fictional story about fictional representations of real people. None of the events are true. No profit was made from this work. Seperti drama-drama di korea yang sudah menginspirasi drama-drama di negara lain, contohnya Full House yang ceritanya banyak diadopsi negara lain. Dan juga BBF yang terinspirasi drama taiwan meteor gareden. Fanfic ini juga terinspirasi dari film bollywood yang dibintangi Sahrukhan, Kajol dan Rani Mukreji. FF Ini juga pernah saya post di asianfanfic namun saya sudah hapus J. Jadi ini asli tulisan saya bukan plagiat loh ya.

-Author Pov-

Terilahat seorang gadis kecil duduk di bangku taman sedang berbincang serius dengan sesorang ditelfon. Tangan kirinya memegang sebuah buku bersampul coklat. Nampak raut kecewa tergambar jelas dimukanya.

“appa!!” panggil gadis kecil itu pada lawan bicaranya ditelfon.
...
“pokoknya appa harus kesini sekarang juga” rengek gadis kecil itu
...
“baiklah” kata gadis kecil itu pasrah. Sepertinya gadis kecil itu sedang meminta sesuatu pada ayahnya.

Tanpa disadari olehnya, seorang wanita cantik sedang sibuk mengamatinya dari belakang. Terukir senyum manis dari wanita itu melihat tingkah yang dibuat gadis kecil itu. Dengan langkah berani wanita itu mendekati gadis kecil yang nampaknya sudah selesai berbicara ditelfon.

“bolehkah aku duduk disini?” tanya wanita itu yang kini sudah ada disamping gadis kecil tadi.

“ouh.. seonsangnim” jawab gadis kecil itu kaget “silahkan” lanjutnya. Senyum manis terukir dibibir keduanya ketika saling bertatapan

“apa tadi itu ayahmu?” tanya wanita itu yang tak lain adalah Kim Taeyeon.

“eung” jawab gadis kecil itu sambil mengangguk

“tapi sepertinya kau sedang marah dengannya?” tanya Kim Taeyeon
Gadis kecil yang tak lain adalah Kwon Taeyeon hanya menghela nafas panjang.

“appa selalu sibuk” jawab Kwon Taeyeon “aku ingin appa kesini sekarang, tapi katanya dia ada rapat” lanjutnya

“oh begitu” kata Kim Taeyeon “kenapa kau tidak minta eomma mu saja yang datang?” tanya Kim Taeyeon sambil menatap lekat mata gadis kecil didepannya.

“eomma?” tanya Kwon Taeyeon balik.

“iya eomma. Apa dia juga sibuk?” tanya Kim Taeyeon tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“ia.... sudah tiada” jawab Kwon Taeyeon sedih

“oh.. Mianhae taeyeon-ah, seonsangnim sungguh tidak tahu” kata Kim taeyeon penuh penyesalan.

Kwon Taeyeon hanya menunduk dan meliat buku yang ia bawa. Karena merasa bersalah, Kim Taeyeon memeluknya.

“maafkan seonsangnim membuatmu sedih” sesal Kwon Taeyeon sekali lagi. Sungguh ada perasaan bersalah yang amat mendalam dihatinya. Ia benar-benar tidak tahu, kalu ibu Kwon Taeyeon telah tiada.

“gwancanyo seonsangnim, lagi pula kan seonsangnim tidak tahu sebelumnya” jawab Taeyeon kecil sambil melepas pelukan Kim Taeyeon dan tersenyum manis padanya.

-author pov end-

-KIM TAEYEON POV-

Ya tuhan apa gadis kecil ini benar-benar anak  Kwon Jiyong dan Yoona? Jika benar, berarti Yoona benar telah tiada? Aku benar-benar menyesal baru tahu sekarang, sahabat macam apa aku ini. Jika semuanya benar kenapa kau kirimkan dia padaku? apa ini kebetulan atau rencanaMu?

Flashback

Kwon Taeyeon adalah nama salah satu peserta yang menarik perhatianku sejak awal, karena namanya sama sepeti ku dan juga ia memiliki nama keluarga Kwon nama yang sama dengan nama  sahabatku Kwon Jiyong. Awalnya aku hanya menduga bahwa ini hanya kebetulan saja karena di Korea ini pasti banyak yang memiliki nama Taeyeon begitu juga dengan nama keluarga Kwon. Namun setelah aku membaca biodata yang ia tulis, sungguh tak kuduga bahwa nama orangtua wali adalah Kwon Jiyong. Bagai tersambar petir di siang hari, hal ini sungguh diluar dugaanku. Bertemu dengan anak yang tak lain adalah anak sahabatku yang sudah lebih dari 10 tahun tak pernah bertemu. Sebenarnya bukan tak pernah bertemu, kesempatan itu selalu ada namu aku sendiri yang memutuskan untuk menghilang di kehidupan mereka. Aku memang pengecut, aku mencintainya sangat mecintainya namun aku tak pernah mampu bahkan aku tak berani untuk mengatakannya. Mengatakan cinta pada sahabat terbaik yang kumiliki Kwon Jiyong. Dan pada akhirnya cinta itu harus aku kubur dalam-dalam setelah mengetahui bahwa Jiyong mencintai seseorang yang bernama Im Yoona yang baru ia kenal satu tahun dan yang lebih menyakitkan adalah aku yang mengenalkan Yoona pada Jiyong.

“seonsangnim? Apa seonsangnim baik-baik saja?” tanyanya membuyarkan lamunanku

“ah ne.. seonsangnim baik-baik saja” dustaku.

Aku tatap mata gadis kecil di depan ku ini. Mata, hidung, dan bibirnya sungguh benar-benar milik ayahnya. Seakan Jiyong sedang di hadapanku saat ini. Ku elus rambut panjang miliknya.

“kau cantik sekali mirip ibumu tapi mata, hidung, dan bibir mu mirip ayahmu” kataku lirih

“eoh?” tanya Kwon Taeyeon kaget. Begitu juga dengan aku sendiri, aku tanpa sadar mengatakan ini semua.

“aku bilang kau sangat cantik, pasti ibumu sangat cantik” jawabku bohong

“aniyo, banyak orang bilang aku mirip appa. Mata, hidung dan bibirku semua mirip appa” jawabnya sambil menunjuk bagian mata, hidung dan bibirnya. 
Benar jawabku dalam hati.Dia sungguh lucu dan menggemaskan sekali.

“ah benarkah?” tanyaku penasaran

“ne..” jawabnya semangat “coba seonsangmin lihat foto ini. Ini eomma, bukankah aku mirip dengannya?” tanyanya padaku sambil menyodorkan selembar kertas foto.


Saatku lihat wajah yang tertera di lembar foto itu, aku benar-benar kaget dan bingung apa yang harus aku jawab, ia benar-benar Yoona. Ada perasaan bersalah memandang wajahnya, tanpa ku sadari ada cairan bening yang keluar dari mataku namun segera aku hapus. Aku tak ingin ia tahu kalau aku menangis.

“seonsangnim?” panggilnya membuyarkan lamunanku

“emm.. ibumu benar-benar cantik dia mirip dengan mu” kataku mencoba menahan air mata yang akan keluar.

“Kwon Taeyeon bolehkah aku memelukmu lagi?” pintaku padanya

“em..boleh” jawabnya bingung

Tanpa ragu ku peluk gadis kecil ini dengan kuat, ku elus rambut dan punggungnya. Rasanya tak ingin melepas pelukan ini.

Oh Yoona-ya maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu kalau dia anakmu. Dia cantik sekali sangat mirip denganmu namun mata, hidung dan bibirnya sama persis dengan Jiyong oppa. Yoona-ya pasti kau sangat bangga memiliki anak secantik dan sekuat ini. Maafkan aku, sungguh aku bukanlah teman yang baik untuk kalian berdua. Maafkan aku.

“seonsangnim, apa seonsangnim menangis?” tanya Kwon Taeyeon ragu.
Segera ku hapus air mata ini dan melepas pelukanku.

“anio..” jawabku bohong. Aku mencoba tersenyum padanya.

“Taeyeon-a bolehkan aku bertanya?” tanyaku

“apapun itu, akan ku jawab” jawabnya sambil tersenyum

“apa ayahmu..... yang menamaimu Taeyeon?” tanyaku ragu

“anio, kata helmoni eomma yang memberi nama ini. Katanya, agar aku menjadi seperti orang yang memiliki nama ini.. baik hati, cantik dan sangat pintar” jawabnya. Aku sedikit kaget dengan jawabanya.  “emm.. aku tak tahu apa maksudnya” lanjutnya

“oh begitu. Tapi sepertinya kau lebih cantik dari orang yang eomma maksud” responku mendengar jawabanya.

“eung?? Apa seonsangnim tahu, siapa orangnya?” tanya Kwon Taeyeon

“ha..? tentu saja seonsangnim tidak tahu sayang” aku sangat kaget mendengar jawabannya.

“besok.. jika pentas hari terakhir, aku akan kenalkan seonsangnim pada appa” katanya penuh keyakinan

“IYEEE???” kataku sangat kaget.

“kenapa? Apa seonsangnim tidak mau bertemu dengan appaku? Tanyanya polos

“aniyo, bukan begitu maksudku” jawabku sedikit gugup

“tenang saja appa tidak akan galak. Apalagi seonsangnim sangat cantik” katanya mencoba menenangkanku.

“aigo.. selain kau cantik kau juga pandai berguray ternyata” kataku sambil mencubit pipinya

“appo” katanya sambil tersenyum

“oh mianhae Taeyeon-a” kataku menyesal

“TAEYEON-A” suara keras seoarang laki-laki mengalihkan perhatian kami berdua, aku dan Kwon Taeyeon menengok ke sumber suara. Tampak seorang lelaki berpawakan besar berjalan ke arah bangku yang sedang kami duduki.

“oppa” jawabku

“aigo ternyata kau disini” katanya sambil mengatur nafasnya. Kemudian lelaki itu melirik kearah Kwon Taeyeon sepertinya ia meminta penjelasan siapa gadis kecil yang sedang bersamaku

“oh.. kenalkan dia Kwon Taeyeon dia salah satu muridku disini” kataku memperkenalkan Kwon Taeyeon pada lelaki yang tak lain adalah Kangin.

“ohh..” jawabnya “Kwon Taeyeon?” katanya lagi
Kwon Taeyeon hanya diam, ia bingung sambil memandangi kami berdua.

“cantik sekali, berapa umurmu sayang?” tanya Kangin padanya

“10 tahun” jawab Kwon Taeyeon manis

“emm ... paman ini siapanya seonsangnim?” tanya Kwon Taeyeon ragu

“aku ini...” jawab Kangin namun segera aku potong “dia temanku sayang” .

Aku bingung dengan diriku sendiri, kenapa tiba-tiba aku mengatakan kalau kangin adalah temanku. Kenapa tiba-tiba aku berbohong dan menutupi kebenaran. Sebenarnya apa yang aku lakukan.

“chagiya.. kenapa kau bilang aku ini teman mu?” tanya Kangin kaget. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku sibuk memandangi ekspresi wajah Kwon Taeyeon

“aku ini tunangan dari seonsangnim.. namaku Kangin. Kau boleh panggil aku kangin samchun  jika kau mau” katanya sekali lagi memperkenalkan dirinya pada anak Jiyong

“oh” jawab Kwon Taeyeon datar “maaf aku harus pergi sekarang seonsangnim” pamit Kwon Taeyeon tiba-tiba padaku. Ia berlari menuju ke kamarnya, aku tidak bisa menjawab apa-apa dan aku hanya memandangi kepergiannya.

“chagiya” panggil Kangin “apa aku mengatakan sesuatu yang melukai hatinya, sehingga ia lari saat aku mengenalkan diriku?” tanya Kangin yang tahu apa-apa.

Jujur aku sangat jengkel dengan ulahnya, seharusnya ia tidak mengatakan bahwa ia adalah tunanganku. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu pada Kwon Taeyeon, eits... tapi mengapa tiba-tiba Kwon Taeyeon bertingkah seperti itu. Apa dia tahu yang sebenarnya kalau aku ini adalah sahabat ayahnya. Ommo kenapa aku bisa sebodoh ini, Kim Taeyeon kau tak pantas jadi seonsangnim jika berfikir hal seperti ini saja kau tidak bisa.

“chagiya.. apa kau baik-baik saja?” tanya kangin membuyarkan lamunanku

“iya aku baik-biak saja” jawabku bohong.

“eoh.. apa ini bukumu?” tanya kangin

“buku?” jawabku

“iya buku coklat ini” jawabnya sambil menunjukan buku berwarna coklat.

“oh.. sepertinya punyanya tertinggal” jawabku sambil merebut buku tersebut 

“aku akan mengembalikannya sekarang” lanjutku

“Kim Taeyeon” panggilnya sambil mencegahku tidak pergi

“eoh” jawabku bingung dan menatap kosong ke arah Kangin

“kau ini kenapa? Sepertinya kau tidak baik-baik saja” kata Kangin yang sepertinya mengintrogasiku

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tak tahu bagaimana harus memulai menceritakan pada Kangin tentang semua ini.

“aku lelah, aku mau istriahat oppa” kataku akhirnya

“Taeyeon-a tolong tatap aku sebentar” pintanya padaku, sambil memegang kedua bahuku.

Aku menatap matanya takut. Sungguh aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku mencoba membalas tatapannya tapi aku tak bisa. Maafkan aku, hanya itu yang bisa aku katakan sekarang.

“aku tahu, sampai sekarang kau belum bisa mencintaiku. Aku tahu itu. Tapi tolong cobalah terbuka denganku. Aku selalu mencoba berbagi masalah denganmu dan aku ingin kau juga terbuka dan membagi masalahmu denganku. Ayolah.. pernikahan kita tinggal beberapa bulan kagi. Apa kau tak percaya denganku heoh?” tanyanya.

“mianhae oppa” jawaban yang hanya bisa ku katakan “mianhae” kataku sekali lagi dan kini aku hanya bisa menunduk tak berani menatap wajahnya.

“Taeyeon” panggilnya sambil meraih daguku. Matanya kini menatapku, namun kini lebih pada tatapan memohon.

“aku akan selalu menunggu sampai kapanpun itu kau mau membuka hati untukku, namun jika memang kau tidak bisa aku tidak akan memaksa. Turutilah kata hatimu Kim Taeyeon” katanya penuh kelembutan.

Aku merasakan betapa dia mencintaiku dengan tulus, namun apa daya sampai saat ini aku belum bisa menerima 100% kehadirannya di hatiku. Aku tak ingin berpura-pura mencintainya, karena aku tak sampai hati menyakiti orang yang begitu mencintaiku. Aku tak mau membalas cintanya hanya karena rasa kasian, ini sungguh tak adil baginya jika benar aku melakukannya. Namun bukan berarti aku tak mencoba untuk mencintainya, sampai saat ini aku selalu mencoba menerima kehadirannya di hatiku.

“oppaa..” paggilku padanya dan kini berani menatap matanya.

“iya” jawabnya

“aku ingin.. jujur katakan ini .. padamu” kataku gugup

“apapun itu aku akan mendengarkan mu” jawabnya penuh dengan kelembutan

“dia.. anak tadi..” kataku

“emm?” responnya

“dia anak dari sahabatku, yang sudah 10 tahun lebih aku tak berjumpa dengannya” ceritaku

“oh begitu” jawabnya “lalu?” tanyanya lagi

“dia.. e.. dia temanku saat masa sekolah” jawabku ragu

“namja?” tanyanya lagi

“emm.. Kwon Jiyong” jawabku sambil menatap wajahnya
Kangin hanya memandangku dan tersenyum.

“oppa ingatkan aku pernah cerita, kalo aku dulu tinggal di Seoul bersama bibi Gong dan sekolah disana?” tanyaku. Dia hanya mengangguk dan mendengarkan ceritaku

“dia temanku di Seoul yang pertama, rumahnya bersebelahan dengan rumah bibiku. Awalnya aku ragu untuk berteman dengannya, alasan pertama karena dia pria, kedua dia lebih tua dariku satu tahun, ketiga dia cukup aneh dan yang keempat aku bukan tipe anak yang mudah berteman dengan orang yang baru ku kenal. Namun karena keadaan yang memaksa akhirnya aku berteman dan sangat dekat dengannya. Kami selalu berangkat ke sekolah bersama meski di sekolah kita pura-pura tak saling mengenal. Kalau sudah pulang sekolah ia selalu ke rumah bibiku hanya untuk ikut makan siang, ibunya sibuk bekerja sehingga ia jarang makan siang di rumah. Kami berdua dibesarkan di keluarga yang sederhana. Ayah Jiyong oppa adalah pekerja pabrik elektonik sama dengan pamanku dan ibunya berjualan ikan di pasar” ceritaku.
Kangin oppa serius mendengarkan ceritaku “lanjutkan” katanya

“saat aku kelas 2 SMA dan Jiyong oppa kelas 3 ayahnya meninggal karena kecelakaan, kejadian ini membuat Jiyong oppa dan ibunya sangat terpukul dan sedih. Dan pada akhirnya ia memutuskan tidak melanjutkan ke bangku kuliah, karena ia harus bekerja menggantikan paman Kwon. Namun pada tahun aku masuk kuliah ia memutuskan untuk kuliah dan pada akhirnya ia satu angkatan denganku. Sejak saat itu, kami berdua menjadi sangat dekat, aku sudah mengganggap dia sebagai pengganti oppa di Seoul. Dia selalu berkeluh kesah denganku aku sampai bosan mendengarnya” lanjut ceritaku sambil menitikan air mata mengenang masa itu “tak ada yang pernah ia sembunyikan dariku begitu juga dengaku, bisa dikatakan kita tak bisa terpisahkan. Hingga pada akhirnya datang seorang wanita yang sangat cantik bernama Im Yoona”

Aku mencoba tersenyum saat bercerita namun air mata ini benar-benar tak bisa ku bendung. Kangin memberikanku sapu tangannya dan aku mengambilnya

“maaf” kataku

“tak apa, lanjutkan saja” katanya lembut

“Im Yoona, wanita cantik yang Tuhan kirimkan untuk kami berdua. Lebih tepatnya untuk Jiyong oppa. Yoona adalah wanita cantik asli korea namun ia lahir dan di besarkan di Prancis, ia benar-benar memiliki wajah sempurna. Selain ia cantik, ia sangat pintar dan pandai mengambil hati kami berdua. Kami sangat nyaman berteman dengannya. Dan akhirnya pada suatu waktu aku mendengar kabar dari Jiyong oppa kalau dia mencintai dan ingin melamar Yoona” kataku mencoba mengambil nafas dalam untuk melanjutkan cerita selanjutnya “awalnya aku kaget, karena menurutku waktu satu tahun untuk melamar itu terlalu cepat. Ya kan? Hahaha” tanyaku pada Kangin

“eh.. iya terlalu cepat” jawab kangin ragu

“singkat cerita, satu hari sebelum Jiyong oppa mengatakan akan melamar Yoona. Ibuku mengirimku surat, kalau ayah sakit parah dan aku harus pulang ke Jeonju. Dan akhirnya aku pulang ke Jeonju dan tak kembali lagi ke Seoul. Dan setelah lebih dari sepuluh tahun akhirnya aku bertemu dengan anak mereka Kwon Taeyeon. Dan yang membuat aku sangat sedih adalah Yoona kini.... sudah tiada. Aku benar-benar merasa sedih dan bersalah.” aku mengahiri ceritaku sambil menangis kemudian kangin memelukku erat.

“sudah jangan bersedih. Semua bukan salahmu. Semuanya sudah Tuhan atur Taeyeon-a” kata kangin oppa mencoba menenangkanku. Kemudian ia melepaskan pelukanya dan membenarkan posisi duduknya. Ia memandang jauh dan tak merespon ceritaku.

“oppa? apa kau baik-baik saja?” kini giliranku yang bertanya dan memergokinya sedang mengusap matanya.

“oppaaa” panggilku sambil menggunjangkan bahunya

“aku baik-baik saja, aih.. kau ini aneh sekali Kim Taeyeon begitu saja kau tak mau cerita denganku” katanya sambil mengacak rambutku namun Ia terlihat menahan senyumnya, Aku dibuat bingung oleh tingkahnya.

“Kim Taeyeon dengarkan aku” katanya lagi dan menatap mataku kini lenih serius. “Kau benar-benar sulit dipahami” lanjutnya dan ia pergi meninggalkan ku.

“OPPPA” panggilku keras padanya

-Taeyeon pov end-

-Kangin pov-

Kau sangat naif Taeyeon kenapa kau terus berusaha mencintaiku sedangkan di hatimu masih ada orang lain. Sejauh aku mengenal mu aku belum pernah melihat pancaran cinta di matanya, namun hari ini aku melihat betapa kau mengekspresikan rasa cintamu padanya, bahkan pada anak lelaki itu. Hari ini aku sengaja sepulang dari kantor, meluangkan waktuku untuk mengunjungi dan mengobrol dengannya disela-sela kesibukannya bekerja sebagai guru di festival budaya korea tahun ini. Namun saat aku akan menemuinya kulihat ia sedang duduk bersama seorang anak perempuan yang sepertinya aku tidak mengenalnya. Tanpa diketahui Taeyeon dan anak itu aku mendengarkan semua yang dia bicarakan. Ternyata benar dugaanku selama ini hatinya sudah terisi dengan orang lain dan enggan memberikan aku tempat di hatinya.
Saat ini aku bagai menabur garam di lautan. Sekuat apapun aku mencoba membuatnya jatuh cinta padaku akhirnya aku akan tahu jawabannya, Taeyeon tak akan memberikan hatinya untukku sampai kapanpun. Jika memang benar iya, aku akan melepaskannya dan berharap ia bahagia dengan keputusannya.
-kangin pov end-

-author pov-
Hujan lebat mengguyur Jeonju malam ini, membuat semua orang membatalkan aktifitasnya di luar ruangan. Termasuk Kim Taeyeon dan semua peserta festival yang seharusnya malam ini akan mengadakan pesta api unggun, namun batal karena hujan lebat. Tak ada yang bisa dilakukan selain istirahat di kamar masing-masing.

Tok..tokk..tok.

“Seonsangnim.. seonsangnim..” teriak seorang anak di depan kamar Kim Taeyeon
Sang empunya kamar membuka pintu dan melihat dua anak perempuan berdiri di depan kamarnya dengan keadaan basah kuyup.

“ommo.. apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian hujan-hujanan?” tanya Taeyeon khawatir

“seonsangnim.. Kwon Taeyeon sakit, badannya panas” kata salah seorang anak

“MWO?KWON TAEYEON?” tanyaku kaget

“iya.. mungkin dia demam. sedari tadi ia mengigau memanggil ayahnya” jawab anak yang lainnya.

Mendengar hal itu, tanpa membawa payung ataupun mantel Kim Taeyeon langsung bergegas lari menuju kamar Kwon Taeyeon.

“ommo. Taeyeon-a” panggil Kim Taeyeon saat melihat keadaan Kwon Taeyeon. Kim Taeyeon menyentuh dahi anak itu ia sangat kaget karena tubuhnya Kwon Taeyeon sangat panas.

Akhirnya Kim Taeyeon membawa Kwon Taeyeon ke rumah sakit terdekat. Kim Taeyeon mencoba menghubungi Jiyong dengan ponsel Kwon Taeyeon namun tak ada jawaban darinya, akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi ibu Jiyong.

“yeoboseo.. wae taeyeon-a? Ini sudah malam” jawab ibu Jiyong

“ahh.. maaf ini bukan Kwon Taeyeon, aku Kim Taeyeon seonsangnim di festival ini” jawab Kim Taeyeon

“memang... di..mana Kwon Taeyeon?” tanya ibu Jiyong ragu

“maaf sebelumnya aku baru mengabari ini, Kwon Taeyeon sekarang ada di rumah sakit...” belum selesai Kim Taeyeon bicara ibu Jiyong langsung memotong

“rumah sakit? Memang apa yang terjadi dengan cucuku?” tanya ibu Jiyong panik.

“suhu badannya tinggi sekali, ia demam. jadi aku membawanya ke rumah sakit. Namun anda tidak perlu khawatir, Kwon Taeyeon sudah ditangani dokter sekarang. Sekarang ia ada di Rumah Sakit Jeonju. Itu saja yang bisa aku katakan nyonya” kata Kim Taeyeon

“ah.. terima kasih. Aku akan ke sana sekarang” jawab ibu Jiyong

Setelah menghubungi keluarga Kwon Taeyeon, Kim taeyeon masuk ke dalam ruang rawat Kwon Taeyeon. Namun anak itu belum sadarkan diri ia masih tidur, ia melihat sedih ke arah anak itu, terlihat sangat lemah saat ini. Kim Taeyeon duduk di sebelah ranjang Kwon Taeyeon, tangan kirinya memegang erat tangan anak itu sedangkan tangan kanannya mengelus rambut Kwon Taeyeon.
“maafkan aku” kata Kim Taeyeon

Tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat Kim Taeyeon menegokkan kepalanya ke arah pintu. Dilihatnya seorang wanita paruh baya yang tak asing di matanya.
“bibi...” panggil Kim Taeyeon

“ommo.. Kim Taeyeon” respon wanita tadi yang tak lain adalah ibu Jiyong
Kim Taeyeon bangkit dari kursinya dan memberi hormat pada ibu Jiyong. 

Sedangkan ibu Jiyong masih dalam posisi yang sama diam membeku melihat seoseorang yang sudah lama tidak dilihatnya. Bingung dan kaget diantara keduanya jelas terlihat.
“annyeonghaseo bibi” sapa taeyeon “apa kabar?” tanya Taeyeon lagi

“Kim Taeyeon.. benarkah ini kau Kim Taeyeon sahabat Kwon Jiyong?” tanya ibu Jiyong masih tak percaya

“nee” jawab Taeyeon lirih
Kemudian ibu Jiyong mendekat dan memeluk Kim Taeyeon.

“kemana saja kau taeyeon-a?” tanya ibu Jiyong yang sudah melepas pelukannya

“aku tak kemana-mana bibi, aku di Jeonju” jawab Taeyeon

“aigo .. aku hampir lupa dengan cucuku ini” kata ibu  Jiyong mengalihkan pembicaraan

“tadi dokter sudah memeriksa keadaannya. Dia bilang Taeyeon baik-baik saja, ia hanya butuh istirahat” kata Kim Taeyeon menjelaskan keadaan Kwon Taeyeon

“terima kasih sudah mau membawanya kesini” kata ibu Jiyong

“itu sudah tugasku sebagai seonsangnim disini” jawab Taeyeon

“apa sebelumnya kau tau kalau dia anak Jiyong?” tanya ibu Jiyong tiba-tiba membuat yang ditanya bingung harus menjawab apa.
“ah.. itu.. iya aku tahu saat membaca lembar pendaftaran miliknya”

“ah begitu..” jawab ibu Jiyong

“maaf bibi sepertinya aku harus pulang sekarang” pamit Kim Taeyeon

“apa kau tak mau menunggu Jiyong taeyeon-a?” tanya ibu Jiyong

“eoh.. menunggu? Ah besok pagi aku akan kesini lagi” jawab taeyeon gugup

“tunggulah sebentar bukan untuk Jiyong tapi untuk Kwon Taeyeon” pinta ibu Jiyong

“nee..” jawab Kim Taeyeon lirih

Tak lama tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terlihat pria tampan yang masih mengenakan pakaian kantor sedikit berantakan masuk.

“Taeyeon-ah” panggil lelaki itu pada anaknya, tanpa ia sadari ada orang lain selain ibu dan anaknya di ruangan itu.

Matanya menangkap sosok yang selam ini ia rindukan “ommo” kata lelaki itu kaget saat melihat ada seseorang yang nampak tak asing dimatanya.

Terlihat ada kecanggungan diantara keduanya. Mata mereka saling bertemu namun mulut mereka terkunci rapat, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka.

“jiyong ibu keluar sebentar” kata ibu Jiyong memecah keheningan. Sebenarnya bukan hanya untuk memecah keheningan, ibu Jiyong keluar agar keduanya bisa bicara bebas berdua.

Setelah ibu Jiyong keluar, nampak yang masih ada kecanggungan diantara keduanya hingga pada akhirnya Kim Taeyeon membuka suaranya.

“apa kabar?” tanya Taeyeon ragu. Matanya melihat pada Jiyong yang sibuk melihat ke arah putrinya

“seperti yang kau lihat” jawab Jiyong dingin. “bagaimana denganmu?” tanya Jiyong baik dan kini menatap pada Taeyeon.

“baik” jawab Taeyeon lirih

“eh.. karena sudah ada kau, aku akan pulang sekarang” kata Taeyeon

“Kim Taeyeon”  tanpa merespon perkataan Taeyeon jiyong justru memanggil namanya. Matanya menatap mata Kim Taeyeon dalam dan ia berjalan menjuju wanita di depannya.

*to be continue*