Author :
spencer lee
Cast :
Kwon Jiyong
Kim Taeyeon
Kwon Taeyeon
Im Yoona
Kangin
Genre :
angst, love, sad, family, drama
Rate :
16+
Warning : Typo bertebaran. Alur yang digunakan adalah
campuran (alur maju- alur mundur) membutuhkan konsentrasi tinggi saat membaca
cerita ini.
Disclaimer
:
This is a work of fiction. This is a fictional story about
fictional representations of real people. None of the events are true. No
profit was made from this work.
Seperti drama-drama di korea yang sudah banyak menginspirasi drama-drama di negara lain, contohnya Full House yang ceritanya
banyak diadopsi negara lain. Dan juga BBF yang terinspirasi drama taiwan meteor
gareden. Fanfic ini juga terinspirasi dari film bollywood yang dibintangi
Sahrukhan, Kajol dan Rani Mukreji. FF Ini juga pernah saya post di asianfanfic
namun saya sudah hapus J. Jadi ini asli tulisan saya bukan plagiat loh ya.
-Author
Pov-
Seoul, 9
Maret 2005
“kami
sudah melakukan hal terbaik Jiyong-shi. Istrimu mengalami pendarahan yang
serius dan dia tidak memiliki banyak waktu. Sebelum melahirkan dia sudah tahu
akan mengalami hal ini, dia juga tahu bahwa kau sangat menginginkan bayi ini dan
dia mencintai banyinya daripada hidupnya. Maafkan kami Jiyong-shi” kata seorang dokter pada pria muda
yang nampak sudah tidak bersemangat dalam hidupnya.
Kalimat
itu masih terngiang diotak seorang pria bernama Kwon Jiyong. Rasa sakit yang
dirasakan tidak bisa dibagi atau diceritakan dengan yang lain hanya dirinya
yang tahu itu.
~~
“eommonim
aku ingin anak ini tahu siapa aku ibunya da seperti apa aku. Eommonim aku
tinggalkan 10 surat untuknya, bacakan satu persatu setiap dia ulang tahun dan
pada usia 10 tahun biarkan ia membaca suratku yang ke sepuluh sendiri. Surat
ini berisi semua yang ingin aku ceritakan pada putriku ini. Semua surat ini
akan membawanya mengingat akan kenangan masa lalu ku” kata seorang wanita yang menggendong
putri yang baru saja dilahirkan. Diciumnya setiap centi wajah putrinya penuh
kasih sebagai tanda perpisahan dengannya.
“lihat
eommonim, bukankah dia sangat mirip dengan ayahnya? Mata, hidung, dan bibirnya?”
tanya wanita itu
pada ibu mertuanya yang sedang duduk menghadap dirinya.
Sang
ibu mertua hanya mengangguk dan menahan tangis. Kemudian wanita itu menyerahkan
bayi itu pada ibu mertuannya. Tanpa disadari oleh kedua wanita itu, ada seorang
lelaki yang mencoba menahan tangis mendengar semua yang mereka bicarakan di
depan pintu lelaki itu adalah Kwon Jiyong. Dengan ragu Jiyong g masuk ke
ruangan dimana istrinya sedang dirawat, kemudian sang ibu meninggalkan mereka
berdua sambil menggendong putri mereka.
Jiyong duduk
di kasur rawat istrinya namun posisi Jiyong membelakangi sang istri.
“kau
jahat, kau tahu itu?” kata
Jiyong yang mulai menitikan air matanya. “kau sangat jahat” ulangnya
lagi.
“oppa” panggil istrinya. Jiyong hanya
menggelengkan kepala dan mulai menangis.
“oppa berjanjilah kau akan memberikan nama Kwon Taeyeon untuk purti kita” pinta sang istri dan Jiyong hanya
mengangguk.
“hei
Jiyong, maukah kau jadi temanku?” tanya
istrinya dan menggenggam tangan Jiyong erat. Jiyong berbalik menghadap
istrinya. Pertannyaan itu mampu membuat Jiyong diam membeku ia teringat saat
pertama ia bertemu dengan sang istri.
“berjanjilah
untuk tidak menangis, maukah kau berjanji untuk aku dan putri kita?” tanya istrinya lagi dan Jiyong hanya
mengagguk.
-Flashback
end-
Jiyong
masih teringat dengan yang barusan ia alami semua. Satu jam berlalu sudah sang
istri dimakamkan dan satu jam sudah ia berdiri di depan pusara sang istri. Tak
ada yang bisa menghentikan kesedihannya saat itu, hampir setengah jiwanya ikut
terkubur dalam tanah itu. Kini Jiyong merasa ada kekosongan di dalam hatinya.
Tak adalagi tempat untuk ia berbagi suka dan duka, mimpi dan harapan yang telah
mereka rencanakanpun telah pupus. Yang jelas sekarang, Jiyong harus tetap kuat
dan tegar karena ia harus merawat putri kecil mereka. Kasian sekali putri
mereka harus tumbuh tanpa sentuhan seorang ibu.
10 tahun
kemudian
Seoul, 8
Maret 2015
Seorang
lelaki duduk bersandar di kursi kantornya, ditatapnya langit-langit kantor
miliknya. Sesekali ia memijat kepalanya, berharap sedikit mengurangi beban yang
ada dipikirannya. Hari ini terlalu banyak masalah yang ia hadapi, mulai dari
kesepakatan yang gagal dengan perusahaan lain, karyawan yang tidak terlalu
berkompeten, ditambah lagi dengan urusan rumah.
Jiyong
nama lelaki itu, selain menjadi direktur ia juga harus menjadi orangtua tunggal
dari putri semata wayangnya. Menjadi seorang single parent bukanlah hal yang
mudah apalagi dengan satus yang ia sekarang (direktur). Terkadang ia merasa
kewalahan mengurusi sang putri seorangdiri, ia harus berperan sebagai ayah, ibu
dan terkadang sebagai teman bagi sang anak. Ya meski ada ibunya ikut membantu
namun tetap saja, ialah orang yang paling berkewajiban mengurusi putrinya.
Apalagi sekarang usia putrinya memasuki angka 10, pekerjaan yang berat untuk
seorang single parent apalagi dia laki-laki. Mengurus anak perempuan yang akan
tumbuh menjadi gadis remja. Anak perempuan sangat membutuhkan ibu saat ia akan
tumbuh menjadi gadis remaja. Kasih sayang antara ayah dan ibu memang sama.
Namun sepertinya sentuhan sosok ibu memang diperlukan untuk anak perempuan yang
beranjak remaja.
Berkali-kali
sang ibu menyuruh Jiyong untuk mencari pendamping hidup sebagai istri dan ibu
untuk anaknya. Bahkan tak jarang sang ibu menjodohkannya, namun Jiyong tetap
Jiyong ia tetap pada pendiriannya bahwa “lahir sekali, hidup sekali, matipun
sekali, dan menikahpun harus sekali”. Prinsip itu yang membuat ibunya merasa
marah dan kesal dengan sang anak.
Tok tok
tok
Bunyi
ketukan pintu membuyarkan lamunan Jiyong
“masuk” kata
Jiyong sambil membenarkan posisi duduknya
“maaf
direktur mengganggu, ada tamu yang memaksa untuk masuk dan bertemu dengan anda”
kata sekretarisnya
“siapa?”
tanya Jiyong penasaran
“dia tak mau
menye..” wanita itu belum selesai menjawab tiba-tiba seorang gadis kecil masuk
dengan muka kesal dan sedikit marah.
“aigooo”
respon Jiyong pada gadis kecil itu dan sang sekretaris hanya tersenyum kecil
melihat pemandangan antara seorang ayah dan putri kecilnya, kemudian ia pergi
meninggalkan mereka berdua.
Gadis
kecil itu tak lain adalah Kwon Taeyeon anak dari Kwon Jiyong. Taeyeon duduk
sofa sambil melipatkan kedua tangannya dan raut wajah yang kesal. Jiyong
mendekati putrinya dan duduk di depannya.
“cantik
sekali putri appa kalau sedang marah, tapi akan tambah cantik kalau ia
tersenyum” kata Jiyong mencoba merayu anaknya
Taeyeon
hanya membuang muka dan masih kesal
“baiklah.
Appa minta maaf benar-benar minta maaf, appa sangat sibuk hari ini banyak
pekerjaan yang harus appa selesaikan hari ini juga” kata Jiyong menyesal
Kemudian
Taeyeon sang putri menoleh dan menatap sang ayah datar
“appa..”
panggil Taeyeon
“ne” jawab
Jiyong lembut
“appa
tahukan besok ulang tahunku?” tanya Taeyeon dan Jiyong hanya mengangguk “dan
appa juga tahu kalau biasanya satu hari sebelum aku ulang tahun, kita akan ke
makam eomma” lanjut Taeyeon
Jiyong
kaget, ia hanya diam dan tak bisa menjawab. Ia merasa menyesal dan sedih karena
ia benar-benar lupa kalau ia akan memperingati hari kematian sang istri.
“maafkan
appa” kata Jiyong mendekat dan memeluk sang putri. Ia mencium kepala Taeyeon
dengan penuh cinta kasih.
“kajja..
kita kesana sekarang” ajak Jiyong pada anaknya.
*skip*
Akhirnya
Jiyong dan Taeyeon putrinya sampai di makam istrinya. Kedua manusia ini memberi
hormat pada pusara wanita yang amat mereka cintai. Kemudian Taeyeon sang anak
meletakan bunga lili di atas pusara itu.
“eomma,
besok hari ulang tahun ku”
kata Taeyeon seolah-oleh berbicara pada ibunya.
Jiyong
melihat sedih kearah Taeyeon. Dalam lubuk hati yang dalam Jiyong sedih
sekaligus bahagia memikli putri yang sangat cantik dan mandiri. Meski tumbuh
tanpa ibu, Taeyeon berhasil tumbuh menjadi gadis kecil yang mandiri. Ia sangat
mirip dengan mendiang istrinya, walaupun ia tak pernah mengenal sosoknya.
Walaupun sang istri tak pernah disisi Taeyeon, namun surat-surat peninggalan
dari mendiang istri Jiyong seolah-olah cukup membuat Taeyeon kehadiran sosok
seorang ibu. Kadang Jiyong merasa iri dengan putrinya sendiri, karena hanya
Taeyeon yang ditinggali surat sedangkan ia tak mendapatkannya.
“eomma,
Taeyeon rindu eomma”
kata Taeyeon lirih namun cukup terdengar ditelinga Jiyong.
Seperti
ada silet yang menyayat hatinya saat mendengar kalimat itu keluar dari sang
anak, karena selama ini baru kali pertama Jiyong mendengar secara langsung
Taeyeon merindukan ibunya. Taeyeon tidak akan pernah berani mengatakan hal itu,
karena Taeyeon tahu kalau ia mengatakan di depan Jiyong pasti Jiyong akan
terluka dan Kwon Taeyeon tak menginginkan sang appa sedih.
“aku
sekarang sudah besar, besok usiaku sudah sepuluh tahun. Besok juga aku akan
membaca surat terakhir dari eomma” cerita
Taeyeon pada ibunya
“Yeoboya,
putri kita tumbuh menjadi gadis cantik kan?” kini Jiyong mulai bersuara “ia sangat mirip denganmu
sungguh, kau bisa melihatnya disanakan?” lanjutnya
“eomma
bolehkan jika aku punya ibu lagi?” tujuh
kata yang keluar dari mulut Taeyeon cukup membuat Jiyong tersentak kaget.
“Taeyeon-a”
panggil Jiyong
sedih
“eomma,
Taeyeon juga ingin seperti teman yang lain. Aku ingin diantar oleh ibu setiap
berangkat sekolah dan memasak bersama dengan ibu. Aku tahu eomma sangat
mencintai dan menyangiku, aku juga tahu eomma akan setuju jika aku punya ibu
lagi kan?” cerita
Taeyeon yang kini mulai menangis.
Jiyong
hanya bisa diam dan membeku mendengar semua yang dikatakan sang anak. Ternyata
selama ini Taeyeon menginginkan ibu lagi, namun Taeyeon tak pernah bercerita
dengannya. Jiyong merasa sangat tidak berguna dan bodoh karena selama ini ia
tak melihat kesepian dan kehampaan sang anak. Yang ia tahu Taeyeon tumbuh
menjadi gadis yang pintar, mandiri, kuat dan ceria.
“Taeyeon-a
maafkan appa” kata Jiyong sambil memeluk anaknya
*skip*
-Jiyong Pov-
@Rumah
Keluarga Jiyong
Aku
dan Taeyeon kini sudah kembali dari makam tiga jam yang lalu dan kini kami
sedang makan malam seperti biasa. Namun tidak seperti biasa aku dan Taeyeon
diam saat di meja makan. Kami sama-sama diam karena pembicaraan tadi saat di
makam.
“Taeyeon-a
kenapa kau dan ayahmu tidak saling bicara?” tanya ibuku pada Taeyeon
“eoh” jawab
Taeyeon gugup
“Taeyeon
lelah eomma” jawabku
“ah
begitukah?” tanya ibuku ragu “bagaimana tadi di makam?” tanyanya lagi
“seperti
biasa” jawabku malas
“aku meminta
ijin pada eomma agar appa menikah lagi, helmoni” jawab Taeyeon tanpa melihat ke
arah kami namun ia masih fokus pada makanannya.
“MWO?” tanya
ibuku kaget “Taeyeon-a tadi kau bicara apa?” tanya ibuku lagi
“aku ingin
appa menikah lagi dan aku memiliki ibu” jawab taeyeon datar dan menatap
neneknya.
“aigoo.. kau
pintar sekali Kwon Taeyeon.. hahaha” jawab Ibuku.
Ia sekarang
malah tertawa mendengar jawaban dari Taeyeon. Aku dan Taeyeon hanya heran
melihat kearah wanita tua ini.
“helmoni
sudah menduganya...” kata ibuku “bagus sekali Taeyeon, bagus itu baru cucuku”
kata ibuku sambil tersenyum penuh arti ke arahku
“eomma”
rengekku
“waeee??”
tanya ibuku tak merasa bersalah
“kalain
berdua benar-benar” jawabku kesal.
“helmoni
tidak lupakan dengan surat eomma?” tanya Taeyeon sumringah
“tidak
sayang” jawab ibuku
-Jiyong Pov
end-
-Kwon
Taeyeon Pov-
Hari
ini aku sangat bahagia sekali karena beberapa jam lagi usiaku sudah 10 tahun.
Bahagia juga karena akan membaca surat dari eomma namun aku juga sedih karena
ini adalah surat terakhir yang eomma berikan padaku. Pada surat yang kesembilan
eomma berjanji akan menceritakan tentang Eomma, Appa, dan Taeyeon? Aku sangat
penasaran dengan isi suratnya, karena ada namaku di surat eomma.
Tik tok
tik tok tik tok
Bunyi
alramku dan menunjukan pukul 00.00 , aku sungguh tak sabar membaca surat ini
segeraku buka dan kubaca. Tiba-tiba saatku baca ada foto yang terjatuh. Di
dalam foto itu ada dua orang siswa yang mengenakan seragam SMA, yang satu
nampaknya aku mengenalnya namun sebelahnya aku asing dengan rupanya. Apa mugkin
itu appa dan eomma? Emm tapi tak mungkin, bukankah eomma dan appa kenal saat
mereka kuliah. Dan di foto ini diambil saat masih mengenakan seragam SMA.
“aigoo..
appa cupu sekali saat masih SMA” komentarku saat melihat foto itu
“em.. tapi
siapa wanita disebelahnya?” tanyaku penasaran pada dirisendiri
“ish, aku hampir
melupakan surat eomma” lanjutku
Annyeonghaseyo
Kwon Taeyeon
Saengil
Chukahamida, Saengil Chukahamida, Saengil Chukahamida. Saranghanenun Taeyeoni
Sangeil Chukahamida.
Kwon
Taeyeon putri ku yang sangat cantik, kini usiamu sudah 10 tahun. Kau pasti
mirip dengan eomma waktu kecil tapi eomma tahu pasti sifatmu mirip sekali
dengan appa kan?
Taeyeon-a,
eomma berharap di usiamu yang kesepuluh kau akan memahami isi suarat ini. Dan
eomma minta kau mengabulkan keninginan eomma. Surat ini akan menceritakan
sebuah kisah antara eomma, appa dan Kim Taeyeon.
“Kim
Taeyeon” kata ku mengulangi surat eomma. Kemudian aku melanjutkan membaca
kembali.
Taeyeon-a 12 tahun yang lalu,
tepatnya tahun 2003 saat eomma pindah dari Paris ke Seoul. Eomma masuk ke
univeristas dimana eomma mengenal dan berteman dengan appa dan Kim Taeyeon.
Hidup dan tinggal di Seoul membuat eomma bingung dan cukup repot, karena dari
kecil eomma lahir dan tinggal disana namun saat nenek mu meninggal, eomma dan
kakek mu memutuskan untuk kembali lagi ke Seoul. Untung saja saat pindah ke
Seoul, eomma bertemu dengan Kim Taeyeon.
Kim Taeyeon adalah teman eomma yang
pertama di Seoul. Dia sangat baik pada eomma, ia selalu membantu eomma disaat
eomma membutuhkan bantuanya. Ia selalu ada waktu hanya sekedar untuk menemani
eomma jalan-jalan keliling kota Seoul. Kim Taeyeon juga mengenalkan eomma pada
sahabat baiknya yaitu Kwon Jiyong.
Kim Taeyeon dan Kwon Jiyong adalah
sahabat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain meski berbeda karakter namun
mereka berdua selalu berdampingan. Bagaikan dua sisi mata koin. Dimana ada Kim
Taeyeon pasti ada Kwon Jiyong dan dimana ada Kwon Jiyong pasti ada Kim Taeyeon.
Mereka tanpa ragu akan saling bertengkar dihadapan siapapun termasuk eomma,
mereka juga tanpa ragu akan memperlihatkan kehangatan diantara mereka. Tidak
ada hal yang pernah disembunyikan dan dirahasiakan diantara mereka. Terkadang
eomma merasa iri pada mereka dan ingin menjadi sahabat mereka namun sepertinya
eomma tidak bisa karena hanya ada Kwon Jiyong dan Kim Taeyeon dalam lingkaran
persahabatan itu. Eomma hanya bisa menjadi teman mereka iya teman Kim Taeyeon
yang tanpa sengaja mengambil Kwon Jiyong sahabtanya. Satu hal yang mungkin
sampai saat ini mereka tidak saling tahu adalah mereka saling mencintai satu
sama lain.
Satu tahun setelah eomma hadir
diantara Kim Taeyeon dan Kwon Jiyong. Kwon Jiyong melamar dan meminta pada kakekmu
untuk menikah dengan eomma. Dan tentu saja kakekmu sangat setuju dengan lamaran
itu, karena Kwon Jiyong dimata kakek adalah sosok pria yang baik dan
bertanggung jawab pada wanita. Hal itu juga yang membuat eomma jatuh cinta
padanya.
Satu hari setelah appa melamar
eomma, Kim Taeyeon memberitahukan pada kami berdua bahwa dia akan pindah ke
kampung halamannya di Jeonju dan tak akan kembali. Eomma sangat sedih mendengar
berita itu, karena eomma akan kehilangan teman terbaik eomma. Begitu juga
dengan appa yang nampak sedih, kesal dan marah dengan keputusan Kim Taeyeon.
“Taeyeon-a kau tak bisa pergi” pinta
Jiyong pada Kim Taeyeon sedikit marah
“Maafkan aku oppa” jawab Kim Taeyeon
sedih
“tidak bisa pokoknya tidak bisa”
kata Jiyong lantang sambil menarik lengan Kim Taeyeon.
“oppa kau tak bisa memaksa, ibu dan
ayahku memintaku untuk pulang” jawan Kim Taeyeon juga marah dan melepaskan
tangan Jiyong
“yahh.. kau sekarang tak
menganggapku lagi sebagai sahabatmu?” tanya Jiyong
“anio, tidak bermaksud seperti itu.
Ahh.. terserah kau sajalah” jawab Kim Taeyeon frustasi
“Taeyeon-a, apa kau tak bisa
menunggu sampai waktu wisuda?” tanya Jiyong yang kini lebih tenang
“tidak bisa” jawab Kim Taeyeon
“kau jahat, kenapa kau meninggalkan
aku sendiri? Apa yang bisaku lakukan tanpamu Kim Taeyeon? kau tahu kan aku
sangat bergantung padamu. Sungguh aku tak bisa satu detik pun berpisah denganmu”
kata Jiyong sambil memeluk Kim Taeyeon erat, Kim Taeyeon juga memeluk Jiyong
erat. Karena ini akan menjadi perpisahan antara kedua sahabat itu.
“yah jangan bohong oppa, bukankah
setiap hari kita bertengkar? Dan kau tak sendiri sekarang, kau ada Yoona. Kau
bisa bergantung padanya sekarang” jawab Kim Taeyeon sedih. Jiyong tak menjawab
dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kim Taeyeon, aku sangat
menyayangimu” kata Jiyong
“aku tahu itu, aku juga sangat
menyayangimu Kwon Jiyong” jawab Taeyeon
“Jangan pernah lupakan aku. kirimlah
surat tiap bulan padaku” kata Jiyong
“ne oppa.. aku tak akan pernah
melupakanmu” jawab Kim Taeyeon sedih.
Kata-kata itu sontak membuat kaget
dan sedih eomma, yang sedari tadi melihat pemandangan antara sepasang sahabat
yang akan berpisah. Saat itu eomma tidak bisa mendekat dan ikut memeluknya
eomma hanya bisa melihat dan mendengar semua yang mereka bicarakan. Dan saat
itu pula eomma baru menyadari bahwa eomma berada ditengah-tengah sahabat yang
saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.
“Yoona-ya aku titip Jiyong oppa
padamu, jangan biarkan dia merasa sepi dan sendirian. Aku tahu kalian akan
bahagia saat menikah” kata Kim Taeyeon dan eomma tahu pasti Kim Taeyeon sangat
sedih saat mengatakan hal itu
“baik aku janji” jawab eomma dan
memeluk Kim Taeyeon erat.
Dan itulah kali terakhir eomma dan
appa melihat Kim Taeyeon, ia tak pernah mucul di kehidupan kami lagi. Bahkan
saat eomma mengirimkan undangan padanya dua bulan setelah ia pindah ke Jeonju. Ia
tak datang dan tak pernah ada kabar lagi.
Kwon Taeyeon maafkan eomma, bukan
bermaksud eomma menyesal menikah dengan appamu. Namun dengan cerita ini semoga
bisa menebus rasa bersalah eomma pada Kim Taeyeon dan juga appamu. Kembalikan
cinta diantara mereka berdua, biarkan mereka berdua bersatu. Hal itu akan
membuat eomma tenang disini. Kwon Taeyeon berjanjilah pada eomma satukanlah
kedua sahabat yang saling mencintai. Berjanjilah Kwon Taeyeon.
Eomma Sangat Mencintaimu sayang.
Setelah
membaca surat dari eomma aku sangat sedih dan tak henti-hetinya air mataku
mengalir membasahi pipi ini.
“eomma akan
ku tepati janjimu”
*skip*
-Author Pov-
Keesokan
harinya seperti biasa, keluarga kecil Kwon Jiyong sarapan di meja makan.
Berbagai macam masakan telah disiapkan, semua adalah masakan kesukaan Kwon
Taeyeon. Karena hari ini adalah tanggal 9 Maret hari ulang tahunnya.
“Saengil
Chukahamida Saengil Chukahamida Saengil Chukahamida, Saranghaneun
Taeyeoni...Saengil Chukahamida..” Jiyong dan ibunya menyanyikan lagu untuk Kwon
Taeyeon.
Gadis kecil
itu hanya tersenyum dan menghampiri ayah dan neneknya dan mencium pipi kedua
orang itu.
“aigo..
usiamu sudah 10 tahun sekarang. Kau ingin hadiah apa sayang?” tanya Jiyong pada
anaknya
“emmmm”
Taeyeon tampak berfikir “aku ingin punya ibu lagi” jawab Taeyeon kemudian ia
tersenyum dan melanjutkan perkataannya “aniya.. aku tak akan memaksa appa lagi.
Eumm aku ingin liburan di Jeonju”
“Jee..
Jeonju?” tanya Jiyong terbata-bata
“iya apa aku
ingin kesana, dua minggu lagi akan ada Korean Tardition Festival. Appa tahu kan
kalau aku sangat mencintai budaya tradisional Korea, dan disana aku ingin
belajar banyak lagi” jawab Taeyeon semangat.
Jiyong nampak berfikir dan bingung
harus menjawab apa. Saat putrinya mengatakan Jeonju tiba-tiba ia teringat pada
seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Selama ini ibu dan anaknya tidak
tahu bahwa Jiyong mencintai seseorang selain sang istri. Jiyong tak bercerita
banyak tentang masalah dirinya, baginya masalah dirinya bisa ia tangani sendiri
apalagi ini menyangkut hati. Karena bisa dikatakan Jiyong sedikit malu jika membahas
mengenai perempuan apalagi cinta pada ibunya, melihat dirinya sekarang adalah
seorang ayah bukan lelaki single.
“appa..”
panggil Taeyeon membuyarkan lamunan Jiyong
“ah iye..
baiklah kamu boleh kesana” jawab Jiyong ragu.
“gomawo
appa” jawab Taeyeon sambil mencium pipi ayahnya.
-Other Side-
Seorang
wanita cantik berkulit putih khas korea, tidak terlalu tinggi namun sangat
cantik terlihat sedang duduk di sebuah halte bus. Nampak ia tidak sedang
menunggu bus namun menunggu seseorang, karena sedari tadi ada tiga bus yang
datang namun ia tak naik juga. Ini sudah satu jam lebih wanita itu duduk
disana, kegelisahan dan sedikt raut marah tersirat di waahnya. Sesekali ia
melihat jam di tangannya dan juga mobil-mobil yang lewat.
Halte
disini sukup ramai oleh kumpulan siswa berseragam SMA yang sedang menunggu bus
datang, karena ini memang jam anak sekolah berangkat. Mata wanita tadi terhenti
saat melihat dua siswa yang nampaknya sedang bertengkar, sang siswa laki-laki
mencoba meminta maaf namun siswa perempuan cuek dan tak peduli.
“aigo..
kekanak-kanakan sekali. Tak seharusnya mereka bertengkar di tempat umum”
komentar wanita melihat pemandangan itu.
Wanita itu sedikit teringat masa saat
ia masih sekolah dulu. Hal yang sama pernah ia lakukan dengan sahabatnya. Hal
itu membuat wanita itu sedih sekaligus bahagia mengingat masa lalunya
bersama sahabatnya itu. Tak terasa air
mata jatuh dipipinya dengan segera ia hapus.
“ada apa
denganku? Itu sudah bertahun-tahun yang lalu” kata wanita itu pada dirinya
sendiri.
Tin..Tin..Tinn
Bunyi klakson mobil membuyarkan
lamunan wanita itu, kemudian ia menengok ke sumber suara dan melihat seorang
pria berbadan tegap keluar dari mobil sedan berwarna hitam.
“Taeyeon-a
maaf aku terlambat” kata seorang pria pada wanita itu sambil berlari.
Wanita yang bernama Taeyeon tadi
nampaknya kesal dan marah melihat kedatangan lelaki itu. Sambil mengatur
nafasnya, lelaki itu menghampiri Taeyeon dan menarik tanganya.
“ayo cepat,
nanti kau terlambat” kata pria itu.
Namun sang wanita yang bernama lengkap
Kim Taeyeon tidak menjawab dan hanya diam berjalan mengikuti pria itu masuk ke
mobil.
“maaf kan
aku chagiya, tadi jalanan begitu macet. Aku tidak terlalu terlambatkan?” kata
sang pria mencoba mencari alasan.
“satu jam”
jawab Taeyeon ketus
“aigo..
cantik sekali calon istriku kalau sedang marah” komentar pria tadi saat melihat
Taeyeon marah.
“baiklah aku
Kim Youngwon alias Kangin mengaku salah, aku janji tak akan mengulangi lagi”
kata sang pria tadi yang ternyata bernama kangin pada calon istrinya.
“kau tahukan
oppa, aku harus hadir lebih awal dari para calon peserta. Aku ini panitia”
sesal Taeyeon pada Kangin.
“iya aku
minta maaf” permintaan maaf dari Kangin yang kesekian kalinya.
Setelah
perjalanan 20 menit akhirnya Taeyeon dan Kangin sampai di lokasi. Taeyeon
bergegas lari ke stand pendaftaran yang nampaknya sudah banyak sekali calon
peserta yang hadir. Sedangakan Kangin langsung pergi, ia tak menemani
kekasihnya karena ia harus berkerja.
Tak
lama setelah kepergian mobil Kangin, mobil dengan tipe yang sama memasuki area
parkir. Sepertinya penumpang di dalam mobil adalah peserta dari acara itu.
“Taeyeon-a,
maaf appa tidak bisa ikut masuk karena appa ada rapat hari ini. Kau bersama
helmoni ya, janji kau tak boleh menyusahkan helmoni. Arra?” kata seorang pria
berparas tampan pada anak perempuannya.
“ne appa”
jawab Taeyeon lembut.
Kwon Taeyeon dan neneknya memasuki
area pendaftaran, mereka berjalan ke barisan antrian. Nampaknya Kwon Taeyeon
tidak beruntung pagi ini, karena ia mendapat giliran nomor 205 padahal nomor
yang baru dipanggil adalah nomor 50. Berarti ia harus menunggu 154 orang lagi.
“Helmoni,
kalau helmoni capai. Lebih baik helmoni cari tempat beristirahat saja, ini
masih lama.” Saran gadis kecil itu pada neneknya
“ah iya,
helmoni akan cari tempat duduk” jawab sang nenek yang memang tampak lelah
karena harus berdiri lama.
Setelah hampir satu jam menunggu
akhirnya Kwon Taeyeon berhasil mencapai meja pendaftaran. Terlihat seorang
wanita cantik yang menyapa dirinya dan Kwon Taeyeon merasa tidak asing dengan
wanita itu. Sebetulnya Kwon Taeyeon sudah tahu kalau, wanita yang ada
dihadapannya sekarang adalah Kim Taeyeon sahabat sang ayah. Karena jauh hari
seteleh Kwon Taeyeon membaca surat dari sang ibu. Ia mendapatkan info dari
internet bahwa seosangnim yang akan mengajar
Korean Tradisional Festival di Jeonju adalah Kim Taeyeon. Awalnya Kwon
Taeyeon ragu apakah Kim Taeyeon ini adalah sahabat sang ayah, karena foto yang
ibunya berikan adalah foto 17 tahun yang lalu tentu saja akan ada perbedaan
gambar. Namun bukan Kwon Taeyeon namanya jika tidak cerdas, lantas ia membuka
biodata yang tertera dan memang benar Kim Taeyeon ini adalah Kim Taeyeon
sahabat sang ayah.
“annyeonghaseo”
hormat Kwon Taeyeon pada wanita itu.
“annyeonghaseo”
jawab wanita yang bernama Kim Taeyeon
“aigo,
cantik sekali” komentar Kim Taeyeon pada Kwon Taeyeon. “siapa namamu?” tanya
Kim Taeyeon
“pernalkan
namaku Taeyeon” jawab Kwon Taeyeon ramah dan mengembangkan senyum di wajah
cantiknya
“Taeyeon?”
tanya Kim Taeyeon kaget
“iya,
namaku Taeyeon. Kwon Taeyeon” jawab Kwon
Taeyeon yakin dan tersenyum pada Kim Taeyeon.
Wanita cantik yang bernama Kim Taeyeon
itu nampak kaget mendengar nama pesertanya sama dengan dirinya. Sebenarnya ia
kaget karena nama marga gadis kecil itu Kwon, ya tentu saja Kim Taeyeon kaget
karena Kwon adalah nama dari marga dari Jiyong. Namun Kim Taeyeon tidak
berfikiran kalau ini adalah anak dari sahabatnya itu, ia berfikir mungkin itu
suatu kebetulan saja.
“namamu sama
dengan namaku sayang” kata Kim taeyeon pada gadis cantik itu.
“ah
benarkah?” tanya Kwon Taeyeon pura-pura kaget
“iya, namaku
Kim Taeyeon” jawab Kim Taeyeon mengenalkan dirinya
“apakah anda
seonsangnim disini?” tanya Kwion Taeyeon
“iya benar”
jawab Kim Taeyeon
“ah begitukah?
Berarti aku boleh memanggilmu seonsangnim?” tanya Kwon Taeyeon ragu
“tentu saja
cantik” jawab Kim Taeyeon ramah “silahkan kau isi formulir ini, kemudian nanti
setelah kau isi kau kembali lagi kesini dan menyerahkan formulir yang telah
diisi” terang Kim Taeyeon pada Kwon Taeyeon
“baik” jawab
Kwon Taeyeon.
“ngomong-ngomong,
kau kesini diantar ibu atau ayahmu kan?” tanya Kim Taeyeon
“anio, aku
bersama helmoni. Ia sedang duduk istirahat” jawab Kwon Taeyeon ramah
“seonsangnim bolehkah aku bertanya?” tanya Taeyeon kecil
“tentu saja”
jawab Taeyeon dewasa
“kenapa
namamu Taeyeon?” tanya Kwon Taeyeon imut
“emm..
mungkin karena orangtuaku menyukai nama itu” jawab Kim Taeyeon ramah “lantas
bagaimana denganmu?” tanya Kim Taeyeon balik
“mungking karena
orangtuaku menyukai seonsangnim” jawab Kwon Taeyeon sambil tersenyum penuh
makna.
Wanita yang bernama Kim Taeyeon
sedikit kaget dengan jawaban Taeyeon kecil.
“aigoo..
gadis cantik ini pintar bergurau ternyata” jawab Kim Taeyeon sambil mencubit
pipi Taeyeon kecil.
“ah
nampaknya itu helomoni sudah menunggu” kata Kwon Taeyeon sambil menunjuk pada
sang nenenk yang berada 20 meter dari tempatnya berdiri
“senang bertemu dengan
anda Seonsangnim” lanjut Kwon Taeyeon ramah dan berpamitan dengan Kim Taeyeon
“senang juga
bertemu dan berkenalan dengan mu Kwon Taeyeon. Semoga harimu menyenangkan”
jawab Kim Taeyeon pada gadis kecil itu.
Kemudian gadis keci yang bernama Kwon
Taeyeon pergi, wanita yang bernama Kim Taeyeon penasaran dengan Kwon Taeyeon ia
merasa tidak asing dengan wajah gadis tadi. Nampaknya ia pernah menatap mata
itu sebelumya, tapi dimana dan kapan Kim Taeyeon masih bingung dan tidak tahu.
Kim Taeyeon sempat berfikir apakah gadis itu anak dari Kwon Jiyong karena ia
memiliki marga yang sama dengannya. Namun segera ia tampik pikiran itu, ia
tidak mau berfikir macam-macam. Yang jelas Kim Taeyeon senang bertemu dengan
Kwon Taeyeon.
*to be
continue*
